Jumat, 30 Desember 2011

Doa ku di Akhir Tahun



Terimakasih Tuhan Yesus untuk semua berkat dan penyertaan-Mu,sehingga anakMu ini dapat melalui 1 tahun kehidupan yang penuh dengan warna-warni kehidupan yang indah,sampai kepada yang menyedihkan,semoga Engkau selalu mau menjaga dan melindungi aku dan semua orang yang aku cintai dan sayangi di mana saja mereka berada,semoga Engkau mau melimpahkan semua berkat dan anugerahMu di tahun kehidupan kami yang baru,,,,,,,berikan kesehatan dan kemaampuan untuk kedua orang tuaku dalam menjalankan tanggung jawab mereka sebagai orang tua bagi anak-anaknya. Terimakasih juga Bapa karena Engkau telah memberikan orang yang aku cintai dan aku sayangi yang akan menemani hari-hari hidupku nanti,aku mohon Bapa Engkau mau menjaganya dan melindunginya dalam semua aktifitasnya sebagai perawat dan Engkau mau memberikan kesabaran dan ketabahan untuk nya dalam menjalankan semua tanggung jawabnya. untuk kedua orang tuanya juga Tuhan Engkau mau menjaga dan memberikan kesehatan dan umur yang panjang bagi mereka. dan untuk semua saudara/i ku di mana saja mereka berada smoga Engkau selalu memberikan berkat yang menjadi kebutuhan mereka. Bapa mohon ampuni semua salah dan dosa yang telah kami perbuat terhadap Engkau di sepanjang perjalanan tahun yang lalu ini,dan Engkau  senantiasa menuntun kami di tahun yang baru. Demikian Doa dan Permohonan ku kepadaMu Bapa di dalam surga.

Roberto Koibur & Silvana Wambrauw
31 Desember 2011

Rabu, 21 Desember 2011

Doa Untuk Ibu

Doa untuk Ibu


FIKSI | 22 December 2011 | 00:00

“Ibu merupakan kata tersejuk yang dilantunkan oleh bibir – bibir manusia. Dan “Ibuku” merupakan sebutan terindah. Kata yang semerbak cinta dan impian, manis dan syahdu yang memancar dari kedalaman jiwa.” Kahlil Gibran
Namaku  Dewantara Alexandria. Orang-orang di sekitarku memanggilku dengan nama Tara. Aku sebenarnya lebih suka di panggil Alex ketimbang Tara. Alasannya karena Tara itu kesannya nama cewek. Aku 22 tahun dan saat ini aku menjadi seorang penulis lepas di beberapa majalah dan sekaligus aktivis sosial.
Aku kos di salah satu sudut pinggiran kota Jakarta. Bukan kos mewah. Hanya sebuah kamar ukuran 2×3 meter tanpa perabot sama sekali. Kata orang ada harga ada mutu. Aku sudah terbiasa tidur dengan keadaan berkeringat saking panasnya. Atau di tatap sinis sama ibu kos gara-gara telat bayar uang bulanan. Menahan lapar bahkan tidak makan berhari-hari adalah hal yang biasa bagiku. Yang penting bisa minum. Minum air sumur atau kran di toilet umum jika dalam keadaan terpaksa. Itulah penyebab kenapa aku jadi kurus. Kata teman-temanku kurus kering seperti ikang kering yang dijemur. Apa lagi kalau lagi dikejar deadline sementara ide di kepala lagi macet total seperti pemdandangan sehari-hari di kota Jakarta. Tapi aku menikmati semuanya itu. Wajahku pas-pasan. Hanya kata orang aku memiliki sorot mata yang tajam dan kulit sawo matang yang aku warisi dari ibuku.
Satu hal yang aku pelajari dari hidup ini adalah “hidup untuk memberi sebanyak-banyaknya bukan hanya untuk menerima sebanyak-banyaknya.” Itu alasan kenapa aku mau memutuskan untuk menjadi seorang aktivis sosial. Aku tidak terlahir dari keluarga yang mewah. Aku hanya dilahirkan dan dibesarkan dari keluarga yang sederhana dan penghasilan orang tuaku cukup hanya untuk makan sehari-hari. Aku memutuskan meninggalkan rumah ketika kedua orang tuaku tidak setuju dengan keinginanku untuk menjadi aktivis sosial.
“Kita ini bukan orang kaya, nak! Tapi kalau itu keinginannmu, lakukanlah.” ucap ibuku.
“Makan saja susah. Bagaimana mau menolong orang lain?” imbuh ayahku dengan tampang ketidak setujuannya.
“Tapi ini jalan yang Tara pilih, pa.”
“Tara, kamu itu pintar! Kamu bisa mendapatkan beasiswa untuk kuliah.”
“Tara bisa menuntut ilmu dimana saja, pa. Tanpa harus kuliah. Percayalah, Tara ngga akan menyusahkan papa dan mama,” aku mencoba memberikan penjelasan.
Ruang tamu malam itu mendadak hening. Di luar sana rembulan tampak malu-malu memancarkan pesonanya.
“Kamu tinggal pilih. Kamu tetap mau menjadi aktivis sosial atau kerja sambil kuliah?”
Aku kaget dengan ucapan ayahaku. Aku tahu aku bisa kuliah sambil kerja dan sekaligus menjadi seorang aktivis sosial tapi aku belum tertarik untuk kuliah. Kerja? Sarjana aja banyak yang menganggur apa lagi aku yang hanya lulusan SMA? Hatiku sudah bulat untuk menjadi aktivis sosial.
“Jawab?” bentak ayahku dengan nyaring dan penuh ketegasan.
“Tara tetap dengan keputusan Tara untuk menjadi aktivis sosial,” ucapku sambil melihat ibuku yang tertunduk menahan air matanya.
“Kalau begitu, kamu bisa tinggalkan rumah ini. Malam ini juga!”
Bagaikan petir di siang bolong menyambar hatiku mendengar ucapan ayahku. Aku tahu ayahku tidak akan mengubah keputusannya. Aku tahu jika beliau sudah mengatakan A maka yang terjadi harus A. Hanya Tuhan yang sanggup mengubah keputusan itu. Mungkin satu-satunya kesamaan yang aku punya dengan ayahku adalah kami sama-sama keras kepala. Sepertinya hanya itu yang aku warisi dari ayahku. Selebihnya dari ibuku apa lagi bentuk fisik seperti warna kulit dan rambut lurus.
Aku beranjak meninggalkan ruang tamu dan masuk ke kamar untuk mengemasi bajuku. Ibuku menyusul masuk ke kamar.
Dengan spontan aku memeluknya.
“Kamu mau tinggal dimana?”
“Ma, ngga usah kuatir, aku akan baik-baik saja. Aku hanya butuh doa mama. Hanya itu.”
“Besok, mama akan bilang apa kalau adik-adikmu mencari kamu?”
Aku melepaskan diri dari pelukan ibuku. Aku mengusap air matanya. Aku tidak ingin dia menangis meski aku sendiri berusaha sekuat tenaga untuk tidak menangis.
“Katakan saja aku pergi untuk memenuhi panggilan hidupku.”
“Kamu dan papamu sama-sama keras. Mama tidak bisa meluluhkan hati kalian berdua.”
Aku kembali memeluk ibuku. Setelah puas aku mengemasi pakaianku seadanya. Aku membuka lemari pakaian yang sudah tua dimakan rayap. Disana hanya tergantun seragam SMAku yang penuh coretan dan 2 kaos oblong serta satu celana jeans. Di sisi lainnya hanya ada pakaian sehari-hariku yang bisa dihitung jari. Aku memasukan semuanya itu ke dalam ranselku yang warnanya sudah luntur.
Ibu hanya duduk lesuh di ranjangku. Aku menghampirinya.
“Mama jangan sedih ya! Tara janji akan membuat mama bahagia. Mama akan tersenyum dengan pilihan hidup Tara. Sayapku sudah tumbuh, aku ingin terbang. Merebut kemenangan di mana pun adanya. Aku akan pergi untuk kembali, ma.  Janganlah menangis. Biar kucari jalanku sendiri.”
“Mama percaya dengan kamu Tara,” ucap ibu lalu menanggalkan satu-satunya perhiasan yang dia punya. Cincin yang selalu dikenakannya. Cincin yang aku sendiri tidak tahu sejak kapan dia memakainya.
“Mama hanya punya ini. Ambillah. Kamu bisa menjualnya untuk kebutuhanmu. Mama tidak punya uang. Hari ini untuk makan saja, mama harus pinjam sekaleng beras dengan tetangga. Pesan mama, bukan seberapa besar yang bisa kita beri kepada orang lain tapi seberapa besar hati kita pada waktu memberi dan melakukan sesuatu.”
Aku memeluk erat ibuku kembali. Pelukan yang sampai hari ini masih terasa. Pelukan seorang ibu yang penuh dengan kasih sayang. Pelukan seorang anak kepada ibunya. Ibu yang pernah berjuang mati-matian untuk melahirkan dan membesarkan anaknya.
Ibu yang selalu dan selalu berusaha membelikan aku dan adik-adikku kue kecil di setiap momentum penting. Ibu tidak pernah kekurangan akalnya, bagaimana di setiap ulang tahun kami ada kue kecil sebagai pengganti kue ulang tahun.  Ibu berusaha menghemat sekuat tenaga uang dapur yang ada. Ah… Ibuku memang kreatif. Apa lagi kalau merangkai kata-kata indah. Kata-kata yang menjadi cambuk bagiku untuk terus maju meski dalam keadaan terpuruk sekali pun.
Aku masih ingat ketika pulang sambil mennagis karena nilau ujianku merah. Ibu hanya berkata, “Tidak ada orang yang bodoh di dunia ini,yang ada hanya orang yang pintar dan belum pintar. Nilai bukan segalanya tapi  bagaimana kamu berusaha sebisa kamu. Setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda.Ada yang pintar dan ada yang belum pintar.Dan penddikan bertugas mengubah yang pintar menjadi lebih  pintarSerta yang belum pintar menjadi pintar.”
“Malam ini Tara akan nginap di rumah Marcel. Besok Tara akan cari kos.”
“Sudahlah. Kalau ada apa-apa jangan lupa kabarin mama. Burung pipit pun tahu kalau dia harus tetap bisa hidup sekalipun harus mematuki sisa padi di lumbung sang petani. Mau atau tidak mau ,hidup ini ada untuk dihidupkan. Oleh karena itu kamu hidup dengan bernafas, maka hidupkanlah nafasmu.”
Hati kecilku terasa perih. Aku tidak punya handphone lagi. Aku menjualnya dua hari yang lalu untuk biaya sekolah adikku. Handphone yang aku dapatkan sewaktu menang menulis cerpen di salah satu majalah remaja terkenal. Bagaimana aku bisa mengabarinya kalau ada apa-apa? Dan bagaimana dia akan menghubungiku kalau ada apa-apa di rumah?
Beliau diam. Menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan pelan namun penuh semangat dan kekuatan.
“Buktikan pada dunia termasuk papamu.  Kamu adalah sang pemimpi sejati. Ayunkan kakimu untuk mencoba meraih khayalanmu yang tertinggi. Kamu adalah pejuang hidupmu  yang suka resiko. Kamu harus tahu, hidup ini penuh resiko  dan tantangan. Ibu ingin melihat kamu merubah mimpi dan hayalmu menjadi realita yang menjadi karya abadi. Bukan imajinasi juga gambaranmu semata. Ibu percaya kamu bisa, Tara. Jika hatimu terasa gundah maka berbaringlah dalam kesunyianmu. Jika hatimu tak lekas cerah maka pejamkan matamu dan tidurlah. Bawa dirimu terbang dan melayang dalam indah dunia mimpi. Pejamkan dan bawa dirimu ke alam mimpi. Ketika kau telah sampai di alam mimpi, melayang dan bergembiralah di sana.Bermainlah  dengan peri-peri kecilmu. Jika kamu telah lelah bermain. Jika hatimu telah riang, buka mata dan bangkitlah dari mimpimu karena ada orang-orang yang menantimu untuk merasakan belai kasihmu. Jangan pernah sia-siakan dunia ini kosong tanpa sentuhan hangat darimu, Tara.”
Aku sangat suka sewaktu aku kecil ibu selalu memotivasiku dengan cerita dongengnya. Ketika aku beranjak dewasa, ibu selalu menguntai kalimat indah dari bibirnya sebagai pengganti dongeng sebelum tidur.
Selesai mengemasi semua pakaian, aku beranjak ke ruang tamu di temani ibu. Aku ingin pamit dengan papaku. Tapi belum sempat aku menghampirinya, beliau langsung beranjak pergi meninggalkan rumah. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku berusaha untuk tegar. Aku memasuki sebuah kamar di mana adik-adikku tidur dengan berdesak-desakan. Ada Sastra, Agnes dan si kecil Moses. Aku menatap wajah mereka satu persatu. Wajah polos yang tak berdosa.
“Aku selalu merindukan, mama,” ucapku lirih ketika mencium dahinya yang penuh kerutan untuk pamit.
“Kalau kamu merasa lelah dan tak berdaya dan saat segala usaha sepertinya sia-sia. Tuhan tahu, kamu sudah berusaha. Ketika kamu lelah menangis sekian lama dan hatimu masih terasa pedih. Tuhan telah menghitung air matamu. Jika kamu tahu bahwa kamu sedang menunggu sesuatu namun waktu serasa berlalu begitu saja. Tuhan juga sedang menunggu bersama denganmu, bersama berjalannya waktu. Ketika kamu merasa sepi dan sendiri sementara orang-orang terlalu sibuk dengan diri masing-masing. Tuhan selalu berada di sampingmu, menemanimu. Ketika kamu pikir bahwa kamu telah mencoba segalanya dan tidak tahu hendak berbuat apa lagi, bersabarlah. Tuhan pasti punya jawabannya. Saat hatimu terasa tertekan, akal dan pikiranmu tak dapat menerima segalanya. Tuhan akan menenangkanmu. Saat kau dapat melihat secercah harapan yakinlah, saat ituTuhan sedang berbisik kepadamu. Saat kamu ingin bersyukur,sebelum kata syukur itu terucap, Tuhan telah menerima syukurmu. Ketika sesuatu yang indah terjadi dan kamu tersenyum dengan apa yang terjadi. Tuhan sedang tersenyum padamu. Ketika kamu memiliki tujuan dan mimpi untuk dipenuhi. Tuhan sudah membuka matamu dan dengan memanggil namamu. Ketika kamu terlupa dan berpaling, Tuhan tetap mengingatmu. Ketika kamu sadar dan ingin kembali, Tuhan akan selalu menerimamu. Seperti itulah juga ibu kepadamu, Tara.”
Aku tidak pernah menyalahkan Tuhan kalau aku terlahir di keluarga yang pas-pasan. Aku justru bersyukur. Meski keluargaku tidak memiliki harta yang mewah tapi setiap hari kami masih bisa bersyukur dan tetap bersukacita. Untuk apa memiliki harta kalau itu ternyata didapatkan dari cara yang tidak benar?
Dari ibuku aku belajar tentang arti memberi dan berkorban.
“Yang membedakan antara memberi dengan berkorban adalah rasa sakit. Ketika kamu memberi dan itu terasa sakit maka itulah yang namanya pengorbanan. Orang yang memberi belum tentu berkorban tapi mereka yang berani berkorban adalah mereka yang memberi dengan cara yang terbaik.” Itulah jawabannya dulu, ketika ku menanyakan tentang perbedaan antara memberi dan berkorban.
Dengan langkah yang pasti aku melangkah meninggalkan rumahku. Dari jalan setapak, aku memalingkan wajahku. Di rumah tua itu aku melihat lambaian dan senyuman ibuku. Lambaian tangan dan senyuman yang tak akan pernah aku lupakan sampai hari ini.  Aku memantapkan langkahku dengan sebuah itikad di hatiku, “Sudah saatnya aku berani berdiri tegak pada kehidupanku dan bukan saatnya lagi aku merengek pada susah kehidupanku. Sudah saatnya aku pilih jalan berjuang  bukan bertahan. Itulah artinya HIDUP.”
Ibuku adalah penopang dikala aku rapuh, rujukan dikala semuanya suram. Hanya tangisku sebagai saksi atas rasa cintaku padanya.
Dalam setiap malam ada doa yang kupanjatkan pada Sang Maha Kuasa untuk ibu.
“Berilah ibu balasan yang sebaik-baiknya atas didikan dan kasih sayang yang ibu limpahkan untukku. Lindungi dan peliharalah ibu sebagaimana ibu melindungi dan memeliharaku. Ya Tuhan, setiap penderitaan yang telah ibu rasakan akan Engkau perhitungkan untuk memberkatinya. Dalam tangan-Mu yang agung. Aku menyerahkan ibuku ke pada-Mu yang telah menciptakanku dan Ibu dari debu tanah. Amin.”

Kamis, 15 Desember 2011

I Love You

Desember 15,2011 : with my honey Anna Wambrauw special moment's in beach saoka.
tidak ada kata yang lebih indah dari aqu untuk mengatakan aku mencintaimu,hanya sebuah doa Tuhan selalu memberkati cinta yang telah di berikan untuk kita berdua,tdak ada sesuatu yang special dari aku untuk kamu hanya kejujuran dan kepercayaan yang aku berikan untuk kamu,aku hanya mencintaimu, cuma ini yang bisa aku lakukan untuk kamu yaitu mencintaimu selamaya,dan menjadi pendamping hidup yang selalu ada di sampingmu,karena aku mencintaimu dengan ketulusan,semua yag aku lakukan hanya untuk kebahagiaanmu. Jika hari ini aku membuat engkau menangis aku kan selalu berdoa supaya Tuhan selalu membuat engkau tersenyum di sampingku. God bless you nd mee forever

"Betho Koibur Love Anna Wambrauw "

Kamis, 01 Desember 2011

Persahabatan







Persahabatan sering berakhir dengan cinta
Tetapi cinta kadang berakhir BUKAN dengan persahabatan

Kita harus sedikit menyerupai satu sama lain
untuk mengerti satu sama lain
Tetapi kita harus sedikit berbeda
Untuk mencintai satu sama lain

Cinta yang belum matang berkata:
"Aku cinta kamu karena aku butuh kamu"
Cinta yang sudah matang berkata:
"Aku butuh kamu karena aku cinta kamu"

Jika kita mencintai seseorang
Berusahalan untuk tampil apa adanya
karena Cinta sejati selalu dapat
Menerima Kelebihan dan Kekurangan

Bahagialah bagi orang yang mengerti akan arti cinta,
Karena Cinta itu akan memberikan warna bagi kehidupannya

Cinta yang teramat besar kadang dapat membuat kita
tak bisa mencintai lagi

Setetes kebencian di dalam hati
Pasti akan membuahkan penderitaan
Tapi setetes cinta di dalam relung hati
akan membuahkan kebahagiaan sejati

Kalahkan Kemarahan dengan Cinta Kasih
Kalahkan Kejahatan dengan Kebajikan
Kalahkan kekikiran dengan Kemurahan Hati
Kalahkan Kesombongan dengan Kejujuran

Nafsu hanya akan memberikan kebahagiaan sesaat
tapi cinta yang tulus dan sejati akan memberikan
kebahagiaan selamanya

Luruhnya hati bukanlah suatu dosa, Maka Jangan Pernah
Takut untuk Jatuh Cinta

Cinta Tak Harus Saling Memiliki
Kadang Kala Mereka Harus Melepaskan Cinta Tersebut
Karena Cinta yang Sejati Selalu Ingin Membahagiakan
Orang Yang dicintai

Cinta itu seperti art yg indah dan agung,
berbahagialah yg pernah mendapatkannya meskipun tidak abadi

Cinta tidak membuat dunia berputar
Cinta inilah yang membuat perjalanan tersebut berharga

Cinta tidak berupa tatapan satu sama lain,
tetapi memandang ke luar bersama ke arah yang sama.

Bel bukanlah bel sebelum engkau membunyikannya
Lagu bukanlah lagu sebelum engkau menyanyikannya
Cinta di dalam hatimu tidak diletakkan untuk tinggal di sana

Cinta bukanlah cinta sebelum engkau memberikannya
Nafsu adalah emosi
Cinta adalah pilihan
Cara untuk mencintai sesuatu adalah dengan menyadari
Bahwa sesuatu itu mungkin hilang

Cinta adalah kunci induk yang membuka Gerbang kebahagiaan
Kekasih yang bijaksana tidak menghargai hadiah dari kekasihnya
Sebesar cinta dari si pemberi

Jika anda ingin dicinta, mencintalah
dan jadilah orang yang pantas dicinta

Di antara mereka yang saya sukai atau kagumi,
saya tidak dapat menemukan suatu kesamaan
Tetapi di antara mereka yang saya kasihi,
saya dapat menemukannya: mereka semua membuat saya tertawa

Persahabatan sering berakhir dengan cinta
Tetapi cinta kadang berakhir BUKAN dengan persahabatan

Kita harus sedikit menyerupai satu sama lain
untuk mengerti satu sama lain
Tetapi kita harus sedikit berbeda
Untuk mencintai satu sama lain

Cinta yang belum matang berkata:
"Aku cinta kamu karena aku butuh kamu"
Cinta yang sudah matang berkata:
"Aku butuh kamu karena aku cinta kamu"

Cinta memasukkan kesenangan dalam kebersamaan
kesedihan dalam perpisahan harapan pada hari esok kegembiraan di dalam hati

Siapa pun yang mempunyai hati penuh cinta selalu mempunyai sesuatu untuk diberikan
Cinta sejati dimulai ketika tidak sesuatu pun diharapkan sebagai balasan

Segera sesudah kita belajar mencinta
Kita akan belajar untuk hidup

Cinta...
Jika anda memilikinya, anda tidak memerlukan sesuatu pun yang lain
Dan jika anda tidak memilikinya,apa pun yang lain yang anda miliki tidak banyak berarti

Cinta tidak dapat dipaksakan
Cinta tidak dapat dibujuk dan digoda
Cinta muncul dari Surga tanpa topeng dan tanpa dicari

Cobalah bernalar tentang cinta dan engkau pun
akan kehilangan nalarmu
terakhir kata pak patkai
"beginilah cinta, penderitaan tiada berakhir"
hehehheeh

by : Kabor Byak  (Betho Koibur )