Selasa, 29 November 2011

“SELAMATKAN GENERASAI PAPUA DENGAN CARA SALING MENGINGATKAN”


MEMPERINGATI HARI AIDS SE-DUNIA
01 DESEMBER 2011
“SELAMATKAN GENERASAI PAPUA DENGAN CARA SALING MENGINGATKAN”
Port Numbay,30 Desember 2011
Oleh : BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FISIP-UNCEN
Akhirnya saudara, hingga triwulan ketiga tahun 2011,setidaknya terdapat 10,522 kasus HIV/AIDS di Provinsi Papua. Jumlah terbanyak di temukan di kabupaten Mimika,yaitu sebanyak 2.180 kasus. Selanjutnya Merauke,Jayapura,Biak,Puncak Jaya,Paniai dan beberapa kota besar di pulau kasuari ini.  Selanjutnya data kematian pasien HIV/AIDS terbanyak itu dari Biak Numfor,Kab.Jayapura,dan kota –kota besar lain di Papua. Sungguh hebat ! Lebih bahaya saudara, diprediksikan dalam sehari masyarakat Papua terinfeksi virus mematikan yang belum di temukan obatnya itu. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Defciency Syndrome (AIDS). Adalah sekumpulan gejala infeksi yang timbul akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia.
Ini lebih dasyat saudara, ternyata dari 50 persen pasien yang terinfeksi adalah mereka yang berada pada usia produktif atau pada usia 20-29. Selain itu di temukan juga 52 kasus pada bayi di bawah satu tahun. Dengarlah ini saudara, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Josef Rinta),menyampaikan bahwa banyak kasus yang teridentifikasi karena masyarakat semakin sadar untuk memeriksakan diri. Selain itu, sosialisasi juga terus di galakan. Hanya saja, perilaku dan kebiasaan hidup kurang sehat dari sebagian masyarakat masih menjadi kendala,sehingga penyebaran virus mematikan ini terus terjadi.
Jelasnya begini, 10,522 kasus HIV/AIDS yang teridentifikasi adalah mereka yang sadar memeriksakan diri saja !! bagaimana dengan mereka yang terinfeksi dan tidak melakukan pemeriksaan sampai ajal menjemput. Pastilah lebih banyak jumlahnya bukan ? Ironis sekali,masalah yang juga mengambil bagian dalam akar permasah Papua ini. Bagaimaa tidak di katakana demikian ? Kasus HIV/AIDS urutan kedua di Indonesia,yaitu setelah DKI Jakarta adalah Papua. Perluasan penanggulangan HIV/AIDS oleh Komisi Penanggulangan HIV/AIDS Prov.Papua (KPA Prov.Papua) dinilai baru sebatas sosialisasi saja. Hal itupun hanya pada kalangan masyarakat yang terbatas.
Seruan BEM FISIP – UNCEN ini sederhana saja, berusaha membuka wacana berpikir masyarakat akademis Fisip- Uncen(Mahasiswa) bahwa demikianlah Papua. Berbagai persoalan mencuat seolah tidak terselesaikan. Terkubur dengan berbagai isu yang merugikan Mahasiswa sehingga tidak mengkritisi banyak hal yang menjadi Permasalah dunia tentang kesehatan spesifiknya HIV/AIDS di Papua. Yang bertepatan dengan hari yang di yakini masyarakat Papua sebagai hari kemerdekaan mereka (01 Desember) . dengan demikian maka seruan  BEM –FISIP UNCEN  ini mengingatkan masalah yang terkubur tanpa ada perhatian dari kehidupan kampus khususnya mahasiswa. Kenapa ? bahwa, perlu BEM – FISIP  sampaikan bahwa HIV/AIDS diindikasikan adalah GENOSIDA (Penghilangan Ras ). Bayangkan saja jika satu hari  satu anak Papua usia Produktif terinfeksi AIDS. Perlu  waspada? Tentu.
Maka dengan maksud itu hari ini BEM –FISIP menghimbau Bahwa HIV/AIDS adalah masalah bersama kiita. Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,Komisi Penanggulangan AIDS, saja sudah kebingungan mengatasi penyakit masyarakat, Pakai Narkoba,Miras, salah transfuse darah,teratas dan terpopular di Papua yaitu SEX BEBAS (Berzinah). Himbauan  BEM-FISIP ini tidak bertujuan menyindir, memprovokasi saudara ! tetapi lebih kepada mengingatkan kita semua bahwa mari bersama kita perhatikan hal ini dan sdemikan bias menghindarkan diri sertasaling mengingatkan. Ok saudara……
Kesingkronan antara Miras,memakai Narkoba, Sex Bebas dang anti-ganti pasangan,akhirnya terinfeksi HIV/AIDS. BEM- FISIP UNCEN harus katakana bahwa adalah kesiasiaan. Sehingga tema di atas adalah benar bahwa aksi ini hanya mau mengingatkan kita semua bahwa HIV/AIDS adalah Ancaman bagi generasi kita di PAPUA.
Thnk’s Gbu

Rabu, 23 November 2011

SITUASI HAM MASYARAKAT PRIBUMI PAPUA

SITUASI HAM MASYARAKAT PRIBUMI PAPUA


Sejarah integrasi Papua Barat ke Indonesia sejak dulu dianggap ‘bermasalah’. Karena disinyalir sarat dengan kepentingan negara kapitalis yang hanya berorientasi ekonomi dan politik. Hal itu ditandai dengan penandatanganan kerja sama penambangan emas, tembaga dan perak melalui pendirian PT Freeport 1967 antara Amerika Serikat (AS) dan Indonesia dua tahun sebelum penentuan status politik Papua melalui Pepera 1969.
Akibat pendirian PT Freeport itu, berhektare-hektare hutan habis dibabat, limbah industri tidak dikelola dengan semestinya, tanah warga dan hak ulayat digusur, intimidasi dan teror terus menghantui masyarakat Papua yang menuntut haknya, serta berbagai ketimpangan lainnya.
Tidak berhenti di situ, untuk menjaga kepentingan pemodal (kapitalis) pemerintah melakukan pendekatan militeristik dengan cara-cara kekerasan dan represif. Pendekatan militeristik itu semakin menipiskan kepercayaan masyarakat Papua terhadap pemerintah Indonesia. Bahkan, kekerasan militer ini menimbulkan dendam kesumat bagi mereka yang menjadi korban kekerasan. Sehingga sulit memutus mata rantai kekerasan yang berlangsung terus-menerus di Papua
Kondisi ini, diperparah dengan kesenjangan sosial antara masyarakat Papua dengan masyarakat pendatang. Interaksi sosial yang tampak wajar dari luar, sesungguhnya menyimpan kesenjangan. Di Papua beragam kultur dari berbagai wilayah di Indonesia bertemu dan berinteraksi, namun hal itu tidak dibarengi dengan penguatan kesadaran dan kepekaan sosial, sehingga menimbulkan masalah sosial tersendiri. Akses ekonomi, pendidikan, keterampilan, politik, dan berbagai bidang lainnya lebih didominasi warga pendatang yang membangkitkan kecemburuan sosial.
Terms ’Indonesia’ sebagai pembuat dosa bisa masuk akal, karena Indonesialah yang menyelenggarakan pemerintahan dan kebijakan di Papua.
Status Masyarakat Papua Pirbumi pada tingkat Nasional
Tanggal 9 Agustus sejak tahun 1994 telah diperingati sebagai hari bangsa pribumi oleh lebih dari 370 juta masyarakat pribumi yang hidup di 70 negara diseluruh dunia. Peringatan ini menjadi bagian dari upaya badan dunia untuk mempromosikan perlindungan hak-hak azasi manusia terhadap masyarakat pribumi.
Di Indonesia, yang memiliki komunitas masyarakat pribumi dihampir setiap wilayahnya, ternyata tidak terlalu antusias dalam merayakan hari bangsa-bangsa pribumi ini. Terutama di Papua yang saat ini tengah menjalankan Otonomi Khusus, yang memberikan banyak peluang untuk keterlibatan masyarakat pribumi (orang asli) Papua dalam menentukan kebijakan pembangunan di Papua, tidak terlihat sama sekali pengakuan terhadap keberadaan orang asli Papua melalui sebuah kegiatan perayaan terhadap hari bangsa-bangsa pribumi ini. Bahkan, kantor perwakilan ILO yang ada di Papua yang melahirkan konvensi-konvensi tentang masyarakat adat dan bangsa pribumipun tidak membuat sebuah kegiatan untuk memperingati hari bangsa pribumi tersebut. Hal ini mungkin saja, karena Indonesia sendiri belum meratifikasi Konvensi ILO 107 tentang Bangsa Pribumi dan Masyarakat Adat (Indigenous and Tribal Populations Convention), 1957 atau Konvensi ILO 169 tentang Bangsa Pribumi dan Masyarakat Adat (Indigenousand Tribal Peoples Convention), 1989.
Terlepas dari sudah atau belumnya kedua konvensi tersebut diratifikasi, menurut Sekretaris Dewan Adat Papua, Leo Imbiri, peringatan hari pribumi ini tidak terlihat ramai diperingati karena kurangnya sosialisasi tentang hak dan kewajiban bangsa pribumi.
Konvensi ini menganggap hak-hak mereka tetap diakui di dalam kehidupan masyarakat luas di negara mereka tinggal. Bangsa pribumi dan Masyarakat Adat dapat membentuk institusinya sendiri dan menentukan tahapan pembangunan yang mereka inginkan. Konvensi ini juga menghimbau para pemerintah untuk melakukan konsultasi dengan masyarakat adat dalam mengambil kebijakan dan melakukan tindakan berdampak langsung kepada masyarakat adat. Yang paling penting adalah memberikan kepada masyarakat adat hak untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan, kebijakan atau program yang terkait dengan mereka. Pengakuan terhadap bangsa pribumi dan masyarakat adat ini semakin dipertegas dalam sidang resolusi PBB tanggal 23 Desember tahun 1994 yang menetapkan tanggal 9 Agustus sebagai hari internasional untuk bangsa Pribumi.
Meskipun Indonesia belum meratifikasi konvensi-konvensi ILO yang berkaitan dengan masyarakat adat dan pribumi, namun substansi yang ada dalam UU No.21 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi provinsi Papua membuka peluang besar orang asli Papua dan Masyarakat Adat untuk terlibat secara aktif dalam proses-proses pembangunan di Tanah Papua.
Undang-undang ini memberikan dasar hukum yang kuat bukan saja agar memprioritaskan orang asli Papua sebagai subjek sekaligus objek pembangunan, tapi juga kepada pemerintah daerah agar secara aktif mendorong keterlibatan masyarakat adat dalam proses-proses pembangunan. Hanya saja, luas dan jenis hak-hak masyarakat asli yang lebih terperinci tampaknya harus dipersiapkan dan dituangkan dalam peraturan-peraturan yang melengkapi. Apa dan siapa orang asli Papua serta Masyarakat Adat Papua harus diperjelas dalam sebuah peraturan daerah khusus sehingga subjek dan objek peraturan-peraturan daerah berikutnya menjadi jelas.
Untuk kepentingan itu, ada baiknya jika uraian tentang apa dan siapa orang asli (pribumi) Papua dan hak-hak masyarakat adat seperti yang tercantum dalam instrument internasional ini bisa menjadi acuan substantif. Dengan begitu, perlindungan hak-hak masyarakat asli tidak sekadar menjadi nilai dasar yang mati, melainkan benar-benar akan menjadi jaminan normatif bagi perlindungan masyarakat adat dan hak-hak mereka
Isu HAM Pada Masyarakat Pribumi
Pengibaran bendara Bintang Kejora masih terus menjadi terjadi di tanah Papua. Bendera ini masih menjadi
 simbol bagi pengakuan dan perlakuan yang lebih baik bagi rakyat Papua. Pengibaran bendera yang  dimaknai s
eparatisme oleh aparat TNI/Polri, sesungguhnya merupakan  ekspresi dari ke frustasian dari jauhnya 
harapan menjalani hidup yang lebih baik di tanah sendiri. Pemerintahan yang korup, sumber  daya alam 
berlimpah hanya jadi perahan "orang asing", sementara mereka hanya menjadi penonton dan `penikmat'
 dari kehancuran alam yang terjadi. Belum lagi tindakan aparat TNI/Polri yang mengamankan investasi itu 
telah berlaku selayaknya pengamanan swasta dibanding aparat negara.
Sepanjang tahun 2008 telah terjadi 4 peristiwa pengibaran bendera Bintang Kejora di Papua, yaitu di Sentani, 
Wamena, Manokwari dan Fak-fak. Pada 16 Oktober pengibaran bendera Bintang Kejora di Yogyakarta, 
Kamis (16/10), adalah bentuk dukungan pada kemerdekaan Papua. Simbol tersebut dikibarkan bersamaan 
dengan digelarnya acara International Parliementer for West Papua di London, Inggris. Pada 19 Juli 2008 l
alu, terjadi  pengibaran bendera Bintang Kejora di Fak-fak, Papua. Aparat kepolisian hanya menjamin para 
tersangka untuk mendapatkan bantuan hukum, tidak mendapatkan tindakan penyiksaan serta perlakuan
 yang merendahkan martabat manusia dalam proses pemeriksaan.
Masih bergolaknya berbagai peristiwa politik di Papua tak lepas dari belum terselesaikannya permasalahan 
secara komprensif. UU No. 21 tahun 2001. Yang sedianya menjadi sandaran hukum untuk mengatasi 
persoalan ekonomi, sosial, hukum dan politik di Papua masih belum cukup. Mandat menyelesaikan 
permasalahan HAM di Papua belum dapat diatasi karena hingga saat ini pengadilan HAM dan KKR 
di Papua belum terbentuk. 
Berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat terus mendorong dikedepankannya dialog antara pemerintah, 
masyarakat Papua dan OPM untuk mencari solusi terbaik bagi penyelesaian berbagai permasalahan 
di Tanah Papua. Pengalaman penyelesaian konflik di Aceh melalui Perjanjian Damai hendaknya menjadi 
semangat untuk mencari jalan keluar terbaik untuk keadilan bagi masyarakat Papua. Tanpa pendekatan itu, 
upaya internasionalisasi atas Papau rasanya sulit diredam.
Upaya Pemerintah Dalam Penegakan HAM di Papua
Dalam rangka penanganan permasalahan hak asasi manusia secara lebih terintegrasi dan komprehensif di Papua, pada tahun 2006 melalui kegiatan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia, Keppres Nomor 40 tahun 2004, maka pemerintah menyelaraskan pembangunan HAM yang lebih selaras dan implementasinya lebih optimal. Dalam rangka perlindungan dan penegakan HAM maka pemerintah Indonesia mengupayakan penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM yang masih tertinggal di Papua baik dari segi Hukum maupun kebijakan.
Dalam rangka penghormatan hak asasi manusia upaya-upaya telah banyak dilakukan baik berupa pembenahan peraturan perundang-undangan maupun dalam rangka penegakan hukumnya. Sejak tahun 2005 telah dilakukan upaya untuk mempermudah pemberian perlindungan HAM terhadap masyarakat yaitu dilakukan dengan membentuk perwakilan Komisi Nasional HAM di tiga daerah, termasuk salah satunya di Papua.
Program lainnya yaitu pemerintah melalui pemerintah propinsi papua meluncurkan Program Respek (Rencana Strategis Pembangunan Kampung), yang perlahan tapi pasti program ini telah menjadi popular di kalangan masyarakat kelas menengah ke bawah. Respek seakan menjadi “Dewa Penolong” ditengah-tengah kesulitan yang dihadapi orang Papua. Program ini merupakan program yang layak guna memandirikan masyarakat di kampung dalam perspektif pembangunan.
DAFTAR REFERENSI
Allard K, 2003, Indonesian Human Rights Abuses in West Papua: Application of the Law of Genocide to the History of Indonesian Control’, Lowenstein International Human Rights Clinic, Yale Law School.
Dominggus A. Mampioper, 2008, UU Otsus Bukan Sekadar Besarnya Dana, Tabloid Jubi, Jayapura
J. Budi Hernawan, 2005, Kasus Theys : pelanggaran HAM?? Sekretariat Keadilan dan Perdamaian Keuskupan Jayapura, www.hampapua.org
John J. Boekoisiom, 2008, Tiga Tahun MRP dan Tujuh Tahun Otsus Papua, http://www.tabloidjubi.com
Komnas Perempuan, 2008, Urgensi Meningkatkan Peran Nasional untuk Penegakan HAM Perempuan Papua: Sebuah Langkah Awal, Sambutan dalam diskusi publik tentang Papua, 26 November 2008
Kontras, 2008, Evalusi Penegakan HAM, Catatan Peringatan 60 Tahun Deklarasi Universal HAM, 
 http://www.kontras.org
Sapto Pradityo, 2004, Selama Pemerintahan Megawati, Penegakan HAM Mandek, http://www.tempointeractive.com
Theo van den Broek, 2004, Pola Pelanggaran HAM di PAPUA, makalah, disajikan dalam workshop “Genoside di Papua” yang diselenggarakan oleh ElsHam Papua pada tanggal 13 Maret 2004, Jayapura
Victor Mambor, 2008, Hak-Hak Dasar Masyarakat Adat Papua ; “Nilai Dasar Yang Mati dalam Sebuah Undang-Undang” http://victormambor.wordpress.com

Jumat, 18 November 2011

Papua 8X lebih Kaya dari Indonesia


Quote: KAMI tidur di atas emas, berenang di atas minyak, tapi bukan kami punya. Kami hanya menjual buah-buah pinang.

 Sepenggal lirik lagu penyanyi Edo Kondolangit, bisa menggambarkan rintihan hati rakyat Papua. Walau mereka hidup di bagian bumi yang kaya tiada tara, tapi terpuruk dalam nestapa kemiskinan dan keterbelakangan.

 Berpuluh tahun mereka hanya menonton warisan kekayaan dari Tuhan itu dikeruk, diangkut dan dijual untuk memperkaya jutaan manusia di ujung benua Amerika serta segelintir elit di Indonesia, yang berfungsi sebagai centeng alias anjing penjaga tambang bernama Freeport.

 Ekspedisi tiga orang Eropa tahun 1936, pimpinan DR Anton H Colijn bersama Jean-Jacques dan Frits J Wissel ke Gunung Gletser, Jayawijaya dan kemudian menemukan Ertsberg, seolah menjadi pembuka kotak pandora gunung emas di tanah Papua.

 Sedangkan ekspedisi Freeport yang dikomandoi Forbes Wilson dan Del Flint, untuk menjelajahi Ertsberg tahun 1960, semakin menguatkan hasrat membangun proyek tambang di tanah yang diyakini orang Papua, sebagai tempat bersemayam moyang mereka.

 Ertsberg, begitulah orang Belanda menyebut gunung ore (bijih). Bagi orang Papua, Ertsberg merupakan tanah warisan yang harus dijaga dan dipertahankan, agar terhindar dari malapetaka.

 Namun nasib berkata lain. Sejak tahun 1967, perusahaan tambang PT Freeport Indonesia sebagai afiliasi Freeport-McMoRan Copper and Gold yang berpusat di Phoenix, Arizona, Amerika Serikat, menguasai Ertsberg dalam radius 10 kilometer persegi melalui kontrak karya eksklusif kontraktor tambang selama 30 tahun dan kemudian diperpanjang hingga 2041.

 “Inilah awal malapetaka bagi orang Papua, membiarkan warisan kekayaan mereka disedot, sementara mereka hanya menonton dan pakai koteka,” ujar sumber matanews.com, Kamis (03/11).

 Tahun 1970, operasi tambang berskala penuh pun dimulai dan kemudian pengapalan ekspor pertama kosentrat tembaga berlangsung 1972. Diperkirakan, sejak beroperasi hingga 2010 Freeport sudah menyedot 7,3 juta ton tembaga dan sekitar 725 juta ton emas, tanpa kontrol yang jelas dari rejim Orde Baru pimpinan Soeharto, rejim Habibie, Gus Dur, Megawati hingga Susilo Bambang Yudhoyono.

 Sebaliknya, pihak Freeport dinilai tidak terbuka dan tidak jujur dalam pelaporan besaran dan jenis tambang yang dieksploitasi dari Ertsberg. Bahkan audit lingkungan dan sosial yang dilakukan terhadap tambang Freeport, dianggap hanya sebagai bentuk legitimasi atau pembenaran terhadap eksploitasi kekayaan tambang tanpa batas.

 Tidak mengherankan, kalau ada pihak yang memperkirakan kandungan emas, tembaga serta uranium yang dikeruk dari Ertsberg dan Grasberg yang ditemukan pada tahun 1988, bisa mencapai nominal 8000 triliun rupiah setiap tahunnya dalam konversi rupiah.

 “Bandingkan saja misalnya dengan jumlah APBN Indonesia setiap tahun, hanya sekitar 1200 triliun rupiah. Sementara royalti Freeport, secara resmi hanya sekitar 1 persen per tahun,” tutur sumber matanews.com, Kamis (03/11).

 Lalu setega itukah Freeport untuk membagi hasil kekayaan yang dikeruk hingga ke perut bumi Cendrawasih dan membiarkan rakyat Papua mengais sampah sisa makanan yang dibuang dari camp Hidden Valley, lokasi tambang di ketinggian 4000 meter dari permukaan laut itu?.

 Sejak jaman Soeharto, secara kasat mata Freeport memang jadi bancakan bagi kaum penguasa republik dan aparat keamanan. Diduga banyak uang ilegal yang dibagi-bagi alias mengalir ke kantong-kantong pribadi dan kelompok.

 Pihak Freeport pun sangat menyadari praktek distribusi uang centeng, dengan tujuan kelangsungan dan kelanggengan pengerukan emas, tembaga hingga uranium dari tanah Papua. Pengakuan pihak Freeport telah memberikan uang pengamanan sebesar 14 juta USD setiap tahun kepada pihak kepolisian, hanyalah salah satu alokasi dana yang tidak masuk resmi ke kas negara. Diyakini, uang centeng dari Freeport, juga mengalir ke pihak tentara, Pemda hingga elit penguasa lokal dan pusat.

 Kisruh Freeport yang kini masih berlangsung, memang telah mengganggu kenyamanan kelompok centeng yang menari di atas penderitaan bahkan nyawa rakyat Papua, maupun buruh tambang yang gigih memperjuangkan haknya.

 Bahkan upaya Presiden SBY membentuk Unit Percepatan Pembangunan di Papua dan Papua Barat (UP4B) yang dikepalai Bambang Darmono, ditengarai hanya akal-akalan untuk menetralisir memburuknya situasi di bumi Cendrawasih, sekaligus alat mengatur penampungan aliran uang centeng dari Freeport yang terus mengalir, entah sampai kapan.*(d/che/ptficom/dbs)

Rabu, 16 November 2011

MANOKWARI KOTA ADMINISTRATIF (PEMERINTAH) TERSULUNG DI TANAH PAPUA


Kebupaten Manokwari adalah Kabupaten tersulng di Tanah Papua yang amat penting dalam sejarah peradaban dan perubahan budaya orang Papua. Oleh karena Kota Manokwari sebagai pusat penyebaran agama Kristen dan pusat Pemerintahan pertama di Tanah Papua. Kota Manokwari menjadi start Gereja (Zending) dengan Pemerintahan Belanda memulai pembangunan semesta (modern) bagi suku bangsa yang mendiami Tanah Papua. Kemungkinan atas dasar tersebut, orang Biak Numfor mengabadikan/mengungkapkannya dalam etimologi, dari tiga morfem dasar Mnu, Kampung- dan kwar, lama + “dia” itu) Kemudian disebut dengan nama Manokwari yang diartikan dengan ungkapan “Kampung yang didahulukan, tertua, terlama, dimana dimulainya sebuah peradaban dan budaya asing dalam konteks terang penyebaran Kekristenan tentang Injil Kristus. Sejarah dengan mencatat sejak Tokoh Legendaris berkebangsaan Jerman yang pertamakali bergabung dalam missi Pekabaran Injil Zending (Goissner) Jerman (Heldering Nederland) di Tanah Papua melalui utusan Missionaris Ottow dan Gaissler yang mulai menginjakkan kaki di Pulau Mansinam tanggal 5 Februari 1855 dengan doa Sulung mereka, “Dengan Nama Allah kami menginjak Tanah ini”. Menandakan bahwa pembangunan yang modern di Tanah Papua sudah dimulai sejak Injil Kristus atau penyebaran Agama Kristen mulai masuk dan menerangi kegelapan dan kekafiran orang Papua Tempo itu di Pulau Mansinam Manokwari. Oleh sebab itu, siapapun tidak dapat menyangkal bahwa hasil karya besar yang diperjuangakan dengan susahpayah oleh para Pekabar Injil dulu ituah yang setiap suku bangsa dari manapun yang mendiami bumi Telik Cenderawasih Tanah Papua boleh menikmati dan alami saat ini di era demokrasi-otonomisasi ini dalam berbagai bidang sektor pembangunan di Tanah Papua.
Dokumen sejarah Pekabaran Injil juga dapat mencatat bahwa atas jasa, kerja keras dan perjuangan gigih yang panjang yang dilakukan oleh zending (Gereja) terus menerus dan mendesak pemerintah Belanda untuk segera menetapkan dan melaksanakan pemerintahan secara definitive d Tanah Papua untuk menghentikan perlakuan yang betahun-tahun dilakukan oleh Kesultanan Tidore dan Pemerintah VOC dalam bentuk pembunuhan-perampasan harata benda-penjualan-pembelian budak pembakaran kampong-kampung penduduk orang Papua dan sesama etnis Papua saat itu. Oleh sebab itulah kota Manokeari pada tanggal 9 November 1896, Pemerintah Belanda secara definitive atau resmi memulai sistim Pemerintahan di Tanah Papua. Dengan demikian secara resmi di Kota Manokwarilah pihak Pemerintah Belanda ertama kali memulai system pemerintahannya untuk membangun orang Papua menuju kehidupan modern.

Sejarah Singkat Papua

Jika berbicara mengenai Papua, seringkali yang terbayang dalam benak kita adalah keunikan ukiran kayu Suku Asmat atau keaslian budaya Suku Dani di Pegunungan Tengah Papua yang telah sangat dikenal. Disamping itu, ada pula keunikan dan keaslian budaya yang melekat pada masyarakatnya.  Papua dengan luas wilayah  421.981 Km2, atau lebih dari 20% luas daratan Indonesia atau 3,5 kali pulau Jawa, memiliki panjang pantai ± 2000 mil laut dan luas perairan sekitar 228.000 Km2. Wilayah Papua membujur dari Barat ke Timur antara Kota Sorong –Jayapura sepanjang ± 1.200 Km,  dan membujur dari utara ke selatan antara Kota Jayapura – Merauke sepanjang ± 736 Km.
Papua merupakan daerah yang dipenuhi bukit dan gunung-gunung yang kaya dengan hutan hujan tropis ( tropical rain forest ) yang sulit dijelajahi dan sebagain besar masih merupakan hutan perawan. Salah satu puncak pegunungannya dikenal dengan nama Puncak Jaya ( Cartenz Pyramid ) yang merupakan puncak tertinggi di Indonesia yang diselimuti oleh salju abadi, dengan dikelilingi oleh kawasan konservasi Lorentz seluas 21.500 Km2 serta merupakan areal konservasi alam tertua di Indonesia. Dikawasan ini terdapat berbagai ragam kekayaan hayati dalam berbagai ekosistem, mulai dari rawa bakau sampai puncak salju.
Perang Dunia II yang terjadi di sepanjang wilayah Papua atau Perang Pasifik (Pasific War) meninggalkan fenomena tersendiri di Papua. Pada kesempatan tertentu para veteran perang yang berkebangsaan Jepang, Amerika mengadakan perjalanan memorial ke Biak, Manokwari, Sorong, Sarmi dan Jayapura. Namun sayang, reruntuhan peninggalan perang tersebut banyak yang telah menjadi besi tua dan hilang karena diperdagangkan. Salah satu peninggalan yang tersisa diantaranya adalah bekas lapangan udara di Biak yang dahulu dikenal dengan nama Mokmer serta tugu peringatan di Sentani yang dibangun oleh Jenderal Douglas McArthur.
Sejarah dan Budaya
Penduduk  Papua, saat ini berjumlah 2,2 juta  orang,  dimana proporsi  penduduk asli berjumlah kurang lebih  1,3  juta jiwa. Mereka merupakan penduduk yang masih dapat dikatakan masih sangat tradisional, kecuali pada beberapa daerah pantai yang relatif lebih maju kebudayaannya sebagai hasil interaksi dengan dunia luar.  Hingga beberapa puluh tahun yang lalu,  sebagian besar penduduk yang hidup terutama di pedalaman masih laiknya  berada di zaman batu. Masih banyak penduduk asli di pegunungan yang hanya mengenakan penutup kemaluan bagi lelaki (Koteka) dan wanitanya hanya mengenakan rok dari rumput. Perang antar suku tidak banyak terjadi lagi tetapi bukannya hilang samasekali, sedangkan pertanian tradisional masih dilakukan.
Di  Papua terdapat 251 bahasa atau merupakan 40% jumlah  bahasa yang dikenal di Indonesia yang jumlahnya ± 600. Bahasa di Papua jika digabungkan dengan 770 bahasa di Papua New Guinea merupakan seperlima dari bahasa yang dikenal di dunia. Sebanyak 140 bahasa di Papua hanya digunakan oleh kurang dari 1000 orang. Sepertiga dari penduduk asli Papua menggunakan salah satu dari bahasa Dani (400.000) atau bahasa Ekagi (130.000) dan hanya kedua bahasa ini dan bahasa Asmat (80.000) yang banyak dikenal.
Manusia sudah datang di New Guinea lama sebelum mereka sampai di Amerika atau bagian daratan Eropa. Bukti-bukti tidak langsung menujukkan bahwa pada sekitar 30.000 – 40.000 tahun yang lalu, nenek moyang orang pribumi Papua datang dalam kelompok kecil bersamaan waktu dengan masa pembentukan es, sehingga permukaan laut menurun. Pulau yang menyambut kedatangan para pendahulu ini sama sekali berbeda dengan apa yang kita kenal sekarang. Diperkirakan kala itu bentangan es menyelimuti daerah yang luas dan salju terdapat pada ketinggian hanya 350 m di atas permukaan laut. Suhu udara 7 derajad Celcius lebih rendah dari suhu pada saat sekarang. Dalam beberapa tahap zaman es, laut Arafuru yang dangkal merupakan daratan yang berperan sebagai jembatan, sehingga penduduk asli Papua dapat bercampur dengan penduduk asli Australia. Bukti dari kejadian ini dapat disaksikan dari kesamaan gaya serta motif kerajinan batu yang dapat ditemui di sepanjang pantai barat daya Papua (pantai Kaimana) dan di Arnhem Land di Australia Utara. Dari bukti-bukti genetika dapat diketahui bahwa perpisahan kedua penduduk asli ini terjadi pada sekitar 10.000 tahun yang lalu.
Orang Austronesia merupakan kelompok besar terakhir yang datang ke Papua yang telah mengenal teknologi yang tinggi, yaitu jenis senjata dan peralatan  yang lebih baik, cara bertani dan serta telah memelihara binatang peliharaan. Pada saat orang-orang Austronesia datang, penduduk asli Papua sudah hidup dalam kelompok-kelompok tani yang menetap, dalam masyarakat yang sudah cukup kompak untuk mempertahankan jatidiri, bahasa dan budaya mereka. Sekitar tahun4000 SM, orang Papua diduga telah menanam keladi dan umbi-umbian serta memelihara babi. Terdapat satu jenis umbi-umbian yang dinamakan Ipomea, berasal dari dunia baru, namun dengan cara bagaimana dapat sampai ke pedalamam Papua, adalah suatu misteri.
Perdagangan antara New Guinea dengan Indonesia tengah dan barat, mungkin sudah berlangsung sejak sebelum datangnya agama Kristen. Pedagang dari nusantara bagian barat membawa baju dan barang-barang logam untuk dipertukarkan dengan bulu burung Cenderawasih, budak belian dan kulit batang masoi, yang di Jawa digunakan untuk ramuan jamu. Orang berambut keriting yang tertera pada ukiran dinding candi Borobudur yang dibangun pada abad ke-18, mungkin adalah orang Papua. Buku syair Serat Negarakertagama dari kerajaan Majapahit pada abad ke-14 juga menceritakan tentang Papua.
Pada awal abad ke-16, orang Portugis pertama yang menginjakkan kakinya di tanah Papua adalah Jorge de Meneses yaitu seorang Gubernur yang ditempatkan di Maluku. Dia adalah  orang Eropa pertama yang memberi gambaran tentang New Guinea yang dia namakan “Ilhas dos Papuas”. Selain itu, salah satu yang terkenal karena penelitiannya di New Guinea adalah Alfred Russel Wallace (1858) yang melakukan penelitian selama lima bulan di daerah teluk Dorei. Karena penelitian  biologinya menghasilkan teori tentang sejarah spesiasi yang mirip dengan teori Charles Darwin.
Pada awal abad 20 pemerintah Belanda mulai melakukan penelitian yang serius  terhadap New Guinea,  diantara penelitian yang paling penting adalah pengiriman tentara secara besar-besaran kepedalaman New Guinnea pada tahun 1907 dan 1915. Penemuan besar yang terakhir terjadi pada tahun 1938, yaitu ketika sebuah ekspedisi yang dipimpin seorang penjelajah Amerika bernama Richard Archbold, mendarat dengan pesawat terbang di danau Habbema dan menemukan lembah Baliem. Lembah Baliem Besar merupakan lembah subur, terhampar di daratan aluvial dengan ukuran 50 kali 15 kilometer, di huni oleh 50.000 suku Dani yang belum pernah berhubungan dengan dunia luar sebelum kedatangan Archbold. Pada dewasa ini lembah Baliem adalah tujuan wisata utama di  Papua.
Misionaris adalah salah satu penjelajah perintis di Papua, pada tanggal 5 Februari 1855 dua orang pendeta Jerman yang dipekerjakan oleh Gereja Protestan Belanda, datang ke Papua dan pertama kalinya menginjakkan kaki di pulau Mansinam Manokwari, yaitu pendeta Ottow dan Geisler. Dari merekalah penyebaran agama Kristen mulai dilaksanakan di Papua. Dan untuk mengenang masuknya Injil ke tanah Papua maka oleh Pemerintah Daerah tanggal 5 Februari telah ditetapkan sebagai Hari Masuknya Injil di Tanah Papua dan dinyatakan sebagi hari libur resmi untuk  Papua.
Pada tahun 1942, Jepang melancarkan serangan terhadap Pearl Harbour, terus ke selatan sampai di New Guinea (Papua) tanpa perlawanan yang berarti dari tentara Belanda sehingga Hollandia (Jayapura) dapat dikuasai tentara Jepang. Pada musim semi 1944, Amerika Serikat memasuki perang dengan mengerahkan tentara dan material dalam upaya perlawanan balik dibawah pimpinan Jenderal Douglas McArthur. Dengan kekuatan 1.200 pesawat terbang, 217 kapal laut dan 50.000 tentara, akhirnya McArthur dapat mendarat di Hollandia dan menguasai kota dengan korban 159 tentara sekutu. Setelah Hollandia jatuh ketangan sekutu, Biak kemudian menjadi sasaran berikutnya untuk dapat menguasai pantai utara New Guinea. Pertempuran Biak merupakan salah satu pertempuran yang paling ganas selama perang dimana tentara  Amerika menggunakan dinamit dan bahan bakar diesel untuk mengusir tentara Jepang dalam gua. Hanya 220 orang tentara Jepang selamat. Sampai sekarang masih banyak keluarga veteran mengunjungi Biak untuk menghormati anggota keluarga yang menjadi korban perang. Sekutu kemudian memperluas lapangan terbang Biak untuk pendaratan pesawat pembom besar yang mampu membalikkan gelombang perang Pasifik.

Arnold Ap

"Arnold Ap adalah salah satu Tokoh Papua yang semasa hidupnya bergelut dibidang seni dan budaya. Hampir selama semasa hidupnya Ia habiskan untuk  menciptakan lagu-lagu yang bernuansa Papua.

Demikian ungkapan salah satu rekan kerja semasa hidupnya, Johanis Mentanawany (55) saat ditemui JUBI di Museum Loka Budaya,Universitas Cenderawasih Jayapura, Papua pada hari Kamis (12/3). Dirinya mengaku bekerja di Museum Universitas Cenderawasih Jayapura pada tahun 1979 silam bersama Almarhum Arnold Ap semasa hidupnya. Menurut Johanis, Arnold adalah seorang mahasiswa FKIP Jurusan Geografi di Unversitas Cenderawasih (Uncen) pada saat itu (1980an-Red) namun bakat alam dalam dirinyamengantarkan dirinya masuk jalur musik dan tarik suara. Ia berusaha membangun satu group musik pada waktu itu yang diberi nama Group Mambesak. Dimana dari group itu melahirkan Agus Kafiar (Mantan Rektor Uncen), Sam Kapisa dan masih banyak lagi Pemuda Papua yang kini menduduki jabatan-jabatan penting struktural.
Johanis juga menuturkan bahwa motto dari Almarhum semasa hidupnya adalah menyanyi untuk hidup. Almarhum selalu berusaha dengan menggunakan peralatan yang sederhana bahkan tempat yang tak mewah untuk melatih teman-teman didikannya.
“Dia biasa menggunakan halaman Gedung Pusat Studi dan Pengembangan Partisipatif (PSP3) Universitas Cenderawasih di Jayapura, Papua,” tukasnya seraya mengajak JUBI melihat tempat yang dimaksud yang terletak di belakang Gedung utama Museum. Ia juga menambahkan bahwa selain menggunakan halaman, Alharhum dan teman-temanya juga menggunakan samping halaman museum dan ruangan museum sebagai tempat latihan musik

Seni Lukis
Selain menggeluti seni tarik suara, kata Johanis, Almarhum Arnold Ap juga mempunyai kreatifitas melukis. Suatu saat, Ia pernah melukis dirinya sendiri. Selain itu ia biasa melukis benda-benda yang dianggap harus dimuseumkan atau benda-benda keramat yang perlu disimpan di museum. Sebelum benda tersebut diambil untuk dimuseumkan, almarhum menggambarkannya benda tersebut di tempat aslinya terlebih dahulu. Setelah digambar barulah benda tersebut disimpan karena pada saat itu mengabadikan gambar dalam kamera adalah hal yang belum dapat dilakukan karena harga kamera yang mahal (Musa Abubar)

Bukti Cinta di Dada » Cerita Mop dan Mob Papua » KETAWA.COM

Bukti Cinta di Dada » Cerita Mop dan Mob Papua » KETAWA.COM
Fisik Lingkungan Papua
   Papua merupakan wilayah yang luasnya hampir setengah New Guinea pulau terbesar kedua di dunia setelah Greenland. Papua merupakan provinsi terluas di Indonesia terletak paling timur dengan luas daratan kurang lebih 21.9%.  atau 421.981 Km2.  Keberadaan  Papua sebagai bagian wilayah Indonesia dimulai sejak hasil penentuan pendapat rakyat (PEPERA) diterima oleh PBB pada 15 Agustus 1969.  Semula nama provinsi tersebut adalah Provinsi Irian Barat, tetapi dengan alasan nasionalisasi nama Irian Barat diubah menjadi Irian Jaya, dan pada tahun 2000 diubah oleh pemerintah indonesia sebagai Provinsi Papua.  Provinsi ini terbagi atas 19 kabupaten yakni Kabupaten: Supriori, Biak Numfor, Yapen, Waroen, Nabire, Paniai, Puncak Jaya, Mimika, Sami, Talikora, Jayawijaya, Asmat, Jayapura, Yahukimo, Keerom, Pegunungan Bintang, Bovendigoel, Mappi, dan Merauke serta Kota Jayapura.

Â
Topografi Papua bervariasi mulai dari dataran rendah berawa sampai dengan dataran tinggi yang dipadati oleh hutan hujan tgropis, padang rumput, dan lembah.  Di bagian tengah berjejer rangkaian pegunungan tinggi sepanjang 650 Km.  Salah satu pegunungan yang terkenal adalah Puncak Jayawijaya karena mempunyai 3 puncak yang walaupun dekat dengan katulistiwa tetapi selalu diselimuti salju.  Ketiga puncak tersebut adalah puncak Jayawijaya dengan ketinggian 5.030 m, puncak Trikora berketinggian 5.160 m, dan puncak Yamin setinggi 5.100 m.



  Provinsi Papua kaya dengan berbagai potensi sumberdaya alam.  Sektor pertambangan mampu memberikan kontribusi lebih dari 50% perekonomian Papua dengan komoditas yang berupa tembaga, emas, minyak dan gas bumi.  Hasil hutan belantara juga benyak memberikan sumbangan pendapatan yang cukup besar bagi Papua.  Tercatat lebih dari 1000 spesies tanaman ada di hutan belantara di Papua.



  Suku bangsa asli Papua terdiri atas 193 suku bangsa dengan 193 bahasa yang masing-masing berbeda. Berdasarkan pada perbedaan topografi dan adat istiadat penduduk Papua dapat dibedakan menjadi 3 kelompok yakni : Penduduk daerah pantai dengan ciri-ciri umum rumah tiang (rumah panggung) dengan matapencaharian menohok sagu dan menangkap ikan. Penduduk di daerah pedalaman yang berawa dekat sungai atau perairan mempunyai mata pencaharian menangkap ikan, berburu dan mengumpulkan hasil hutan.  Penduduk di daerah dataran tinggi umumnya memiliki mata pencaharian berkebun dan berternak.


Selasa, 15 November 2011

Betho Duaempath


Tugas Agama 1


Tugas I


1.       Pengertia  dari  Agama dan Pemerintah
a.       Agama
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.

Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta āgama yang berarti "tradisi".. Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.

Definisi tentang agama dipilih yang sederhana dan meliputi. Artinya definisi ini diharapkan tidak terlalu sempit atau terlalu longgar tetapi dapat dikenakan kepada agama-agama yang selama ini dikenal melalui penyebutan nama-nama agama itu. Untuk itu terhadap apa yang dikenal sebagai agama-agama itu perlu dicari titik persamaannya dan titik perbedaannya.

b.      Pemerintah
Pemerintah adalah lembaga atau badan-badan publik dalam menjalankan fungsinya untuk mencapai tujuan Negara. Klo menurut C.F Strong gini, Pemerintahan dalam arti luas adalah segala kegiatan badan-badan publik yang meliputi kegiatan legislatif, eksekutif dan yudikatif dalam usaha mencapai tujuan negara. Pemerintahan dalam ari sempit adalah segala kegiatan badan-badan publik yang hanya meliputi kekuasaan eksekutif.

2.      Hubungan antara Agama dan Pemerintah
Di dalam negara-negara yang disebut “Kristen”, relasi agama-negara agaknya tidak terlalu sulit diterapkan. Tentu saja harus dicatat bahwa yang disebut “Negara Kristen” tidak ada lagi sekarang, walaupun nilai-nilai kristiani tidak pernah ditinggalkan. Pernyataan ini serupa dengan mengatakan, bahwa di negeri-negeri itu apa yang yang disebut partai Kristen tidak ada lagi (sebagaimana kita mengartikannya di Indonesia), meskipun nama-namanya masih berlabel “Kristen”. Agaknya terdapat semacam “fleksibilitas” di dalam menerapkan prinsip-prinsip kristiani di dalam menyiasati relasi agama dan negara. Tetapi benarkah persis begitu? Tidak juga. Amerika Serikat misalnya, yang juga menerapkan prinsip pemisahan agama dan negara, ternyata sangat “agamani” di dalam pemerintahannya.










3.      Tujuan dari Agama dan Pemerintah
a.       Agama
Tiap orang mengerti tujuan dari ajaran Agama, yaitu terutama membawa manusia ke :
a.    Kehidupan beriman
b.   Berbudi luhur, bermental baik
c.    Ada cinta kasih
d.   Perasaan / kehidupan sosial
e.    Damai / rukun
f.    Selamat dunia akherat
g.    Sehat walafiat
h.   Tidak ketinggalan rejeki
i.     Panjang umur
j.     Saling membimbing
b.      Pemerintah
Dengan demikian, suatu pemerintahan terdiri dari berbagai lembaga yang bertanggung jawabuntuk mengambil kebijakan publik. Pemerintahan Negara RI mempunyai tujuan atau tugas pokok dan fungsi yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu :
a. Tujuan:
·   Memajukan kesejahteraan umum
·   Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruhtumpah darah Indonesia
·   Mencerdaskan kehidupan bangsa
·   Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.


4.      Fungsi dari Agama dan Pemeerintah
a.    Agama
Memainkan fungsi kawalan sosial.
Kebanyakan agama di dunia adalah menyaran kepada kebaikan. Dalam ajaran agama sendiri sebenarnya telah menggariskan kod
etika yang wajib dilakukan oleh penganutnya. Maka ini dikatakan agama memainkan fungsi kawalan sosial.

b.Pemerintah
·      Menyelenggarakan pertahanan dan keamanan, kehakiman dan peradilan, urusan perekonomian, pembinaan demokrasi, serta politik DN dan LN
·      Memelihara kesejahteraan, kesehatan dan kehidupan sosial, keuangan
·      Melaksanakan pendidikan dan kebudayaan, membina agama & kepercayaan terhadap Tuhan  Yang Maha Esa.


Tugas 2

Apa yang di maksud dengan pertobatan

I.            Pertobatan berarti meninggalkan manusia lama dan menjadi manusia baru:
"… karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya” (Kolose 3:9-10).

Ketahuilah ini, bahwa”manusia lama” dari orang yang telah bertobat telah disalibkan bersama Kristus, sehingga sejak sekarang mereka tidak lagi melayani dosa – karena ia telah mati dan telah dibebaskan dari dosa (band Roma 6:4-7). Selanjutnya orang-orang yang telah bertobat melayani Tuhan dalam roh yang baru (Roma 7:6). Tetapi dalam kasus adanya beberapa keraguan dalam pikiran Anda, saya akan memberikan beberapa poin yang menunjukkan perlunya pertobatan.

1. Pertobatan adalah alasan utama Kristus datang kedalam dunia untuk memberikan, untuk membawa orang-orang berdosa yang jahat kepada Allah.
 Apakah Anda berpikir bahwa Kristus datang untuk melakukan seseuatu yang tidak perlu? Sama halnya penderitaan-Nya untuk membayar dosa-dosa kita, sehingga ajaran dan Roh-Nya perlu untuk pertobatan kita. Kita tidak dapat diselamatkan selain melalui pertobatan. Mungkinkah Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia dengan tujuan memanggil pulang orang-orang berdosa, jika mereka dapat diselamatkan tanpa melalui pertobatan? Tuhan Yesus adalah ahli fisika yang agung tentang jiwa. Ia datang bukan untuk menyembuhkan penyakit ringan yang dapat disembuhkan tanpa Dia. Ia datang untuk menyembuhkan kutuk dosa yang merusak, yang mana tidak ada yang dapat menyembuhkannya selain Dia. Tidak pernah ada di dalam pikiran Kristus bahwa Ia atang untuk menderita demi menebus dosa-dosa kita, dan kemudian membiarkan kita terus hidup di dalam dosa tanpa adanya suatu perubahan. Ia tidak pernah berpikir untuk membawa manusia ke sorga bersama dengan dosa-dosa mereka, tetapi ia membinasakan dosa-dosa mereka, karena itu tidak layak untuk masuk ke dalam sorga. Ia tidak pernah bermaksud untuk membawa Anda bersama penyakit (dosa) Anda ke dalam Sorga, tetapi sebelumnya Ia menyembuhkan penyakit Anda, karena jika tidak itu akan merusak Anda. Bukankah penghujatan yang lebih besar dari menentang Kristus adalah mempertemankan Dia dengan dosa yang sangat Ia benci? Bukankah penghujatan yang lebih besar adalah dengan membayangkan bahwa Kristus berdiri bersama Setan dan memperkuat kerajaan Setan --  yang mana misi sejati-Nya adalah justru untuk membinasakannya?
Selanjutnya, Kristus datang untuk mempertobatkan manusia, dan bukan untuk mengampuni siapapun tanpa pertobatan. “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang” (Lukas 19:10). “yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita,” bukan mengampuni dan menyelamatkan tanpa mempertobatkan kita, tetapi “untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik” (Titus 2:14). Dari ayat-ayat ini Anda dapat melihat bahwa pertobatan adalah kebutuhan mutlak jika Anda berharap untuk diselamatkan.

2. Pertobatan adalah hal yang paling utama di seluruh Alkitab, mempertobatkan manusia dari dosa dan memimpin kepada Tuhan, dan membangun mereka yang telah bertobat.
Dan apakah Anda berpikir bahwa Tuhan mungkin menjadikan pertobatan sebagai topik utama dalam Firman-Nya jia ini tidak penting atau diperlukan? Jika seseorang dapat diselamatkan tanpa pertobatan, mengapa Tuhan menginspirasikan kepada para nabi dan rasul untuk menyampaikan Firman-Nya dengan tujuan mempertobatkan manusia dan membangun mereka yang telah bertobat? Haruskah Tuhan melakukan semua hal yang ada di dalam Alkitab untuk sesuatu yang tidak perlu atau penting? Inilah tujuan utama Firman Allah: “Taurat TUHAN itu sempurna, mempertobatkan jiwa” – KJV (Mazmur 19:7). Dan lagi bukankah Alkitab menyerukan kepada orang-orang berdosa untuk bertobat dan berbalik kepada Kristus? Ada ratusan ayat di dalam Alkitab yang menunjukkan bahwa tujuan utama Kitab Suci adalah memimpin orang-orang berdosa datang kepada Kristus (band. Yehezkiel 33:11; Yesaya 31:6; 59:20-21; Yeremia 3:7; Amsal 1:23; Yoel 2:12-13; Yunus 3:8; Acts 3:19; dll).
3. Pertobatan adalah tugas panggilan para pelayan Injil, yaitu mempertobatkan manusia kepada Kristus.
Mengapa Tuhan memanggil orang-orang untuk memberitakan pertobatan jika pertobatan itu tidak perlu atau tidak penting? Yohanes Pembaptis mulai mengkhotbahkan pertobatan. Kristus mengikuti jejaknya, yaitu mengkhotbahkan tentang pertobatan yang sama (Lukas 13:3-5). Rasul-rasul mengikuti-Nya, yaitu mengkhotbahkan berita pertobatan yang sama, yang mana tanpa pertobatan tidak ada keselamatan (Kis. 2:38; 8:22). Mereka menjelaskan kepada kita, “Allah memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat” (Kisah 17:30). Pekerjaan Paulus adalah untuk menunjukkan kepada manusia bahwa mereka “mereka harus bertobat dan berbalik kepada Allah serta melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu” (Kisah Rasul 26:20). Dan “untuk membuka mata mereka, supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa Iblis kepada Allah, supaya mereka oleh iman mereka kepada-Ku memperoleh pengampunan dosa…” (Kisah 26:18). Substansi dari khotbah Paulus adalah, “bertobat kepada Allah dan percaya kepada Tuhan kita, Yesus Kristus” (Kisah Rasul 20:21). Setiap pelayan Injil harus “dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran, dan dengan demikian mereka menjadi sadar kembali, karena terlepas dari jerat Iblis yang telah mengikat mereka pada kehendaknya” (II Timotius 2:25-26). Jadi, tugas utama seorang pengkhotbah adalah mempertobatkan manusia kepada Kristus.

4. Orang Kristen harus melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan.
Akankah Allah mengatakan kepada kita tentang ini jika ada cara lain untuk memperoleh keselamatan? “Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya” (Daniel 12:3). Yakobus berkata, “Jika ada di antara kamu yang menyimpang dari kebenaran dan ada seorang yang membuat dia berbalik, ketahuilah, bahwa barangsiapa membuat orang berdosa berbalik dari jalannya yang sesat, ia akan menyelamatkan jiwa orang itu dari maut dan menutupi banyak dosa.” (Yakobus 5:19-20)
Perhatikanlah semua ini, dan putuskan apapun itu Allah tidak akan mengutus jemaat-Nya untuk memberitakan berita pertobatan kepada orang berdosa, jika memang ada cara lain untuk menyelamatkan mereka. Mungkinkah Kristus sendiri datang untuk mempertobatkan manusia jika mereka tidak memerlukan itu? Mungkinkan Firman Tuhan, Alkitab, telah memberikan alasan ini – yaitu mempertobatkan manusia? Mungkinkah para nabi dan para rasul serta para pemberita Injil diutus untuk menyampaikan berita pertobatan? Mungkinkah ini menjadi tugas setiap orang Kristen untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan sesuai dengan pertobatan, jika ada cara lainnya untuk diselamatkan tanpa pertobatan?
Oleh sebab itu, saya meminta Anda percaya bahwa Anda perlu untuk bertobat dan ini adalah kebenaran yang tidak dapat diganggu gugat lagi. Biarkanlah ada kepercayaan kokoh di dalam hati Anda bahwa tidak ada pengharapan keselamatan tanpa pertobatan sejati.
II.   Saya akan memberikan beberapa alasan mengapa seseorang tidak dapat masuk ke dalam kerajaan sorga jika ia tidak bertobat.

1. Jika tidak ada lain selain Firman Allah, yaitu Alkiyab, yang menjadi satu-satunya alasan, ini seharusnya sudah cukup. Sorga adalah milik Tuhan, dan Ia dapat memberikian itu kepada siapa saya yang Ia inginkan. Dan Ia menjelaskan kepada kita di dalam Firman-Nya bahwa Ia akan memberikan itu tidak kepada siapapun selain kepada orang yang telah bertobat.
"Sesungguhnya jika kamu tidak bertobat…. kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga." (Matius 18:3).
Apakah Anda menolak doktrin ini, bahwa tidak ada seorangpun yang akan diselamatkan kecuali ia mau bertobat? Jika demikian apakah Anda berpikir bahwa Allah yang salah. Apakah Anda berpikir bahwa Anda lebih bijaksana dari pada Dia? Apakah And berpikir Ia tidak tahu apa yang sedang Ia lakukan? Akankah Anda menuduh Dia berlaku tidak adil? Perasaan bersalah dari orang berdosa seperti Anda, yang telah melakukan banyak pelanggaran terhadap Tuhan yang telah menciptakan Anda, dan yang telah menolak anugerah-Nya yang mau menyelamatkan Anda, tidak seharusnya berani membuka mulut Anda menentang Tuhan, dan berkata kepada Dia, setelah semua ini, bahwa jika Ia menghami Anda berarti Dia bukan penyayang.
Saya mau mengatakan kepada Anda tentang agama saya. Saya pecaya semua yang Allah firmankan dalam Alkitab adalah benar, apakah aku sepenuhnya memahami atau tidak. Saya telah menemukan bahwa tidak ada yang lebih baik atau lebih pasti untuk menjadi dasar atau fondasi agama selain ini. Ketika Tuhan berkata kepada saya dalam Firman-Nya bahwa tidak ada manusia yang akan diselamatkan kecuali ia mau bertobat, saya setuju dengan Dia dalam Firman-Nya itu. Saya akan menggunakan Firman Tuhan untuk menghadapi semua akal di dunia ini.  Jika Anda berkata ini adalah sesuatu yang terlalu keras atau berat untuk percaya bahwa sangat sedikit yang akan diselamatkan, dan bahwa Anda tidak dapat mempercayai Tuhan yang harus bertindak keras seperti ini, untuk melawan semua argumentasi Anda saya akan mengutip Firman Allah. Allah telah mengatakan itu, dan mungkinkah Ia tidak melakukannya?


2. Alasan kedua bahwa tidak seorangpun dapat masuk kerajaan sorga tanpa bertobat adalah dari natur pemerintahan Allah. Apakah Anda ingin Allah memberikan upah kepada orang-orang yang melayani Setan? Apakah Anda ingin Allah berkata, pada hari Penghakiman Akhir, “Masuklah, orang berdosa. Kamu telah hidup untuk Iblis di sepanjang hidupmu, dan hanya memikirkan hal-hal duniawi saja. Kamu telah merendahkan Aku dan gereja-Ku. Tetapi sekarang masuklah – masuklah ke dalam Sorga.” Wahai manusia berdosa, jika kasih terhadap diri sendiri tidak membutakan engkau, Anda akan melihat bahwa ini akan menjadi keputusan yang tidak layak bagi himat dan kebenaran Tuhan. Apakah Anda berpikir Ia harus memberikan upah kepada hamba-hamba Setan? “Masakan Hakim segenap bumi tidak menghukum dengan adil?" (Kejadian 18:25). Dan apakah itu adil, jika memberikan kepada setiap orang yang tidak berhak menerimanya?

3. Tetapi lebih lanjut, pertimbangkan ini. natur suci Allah tidak akan mengijinkan jiwa yang tidak suci masuk ke dalam hadirat-Nya. “Tetapi tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang najis, atau orang yang melakukan kekejian atau dusta” (Wahyu 21:27). Mata-Mu terlalu suci untuk melihat kejahatan” (Habakuk 1:13). “Sebab Engkau bukanlah Allah yang berkenan kepada kefasikan; dan Ia membenci orang yang mencintai kekerasan” (Mazmur 5:4,5; 11:5, 7). “Sebab itu orang fasik tidak akan tahan dalam penghakiman, begitu pula orang berdosa dalam perkumpulan orang benar” (Mazmur 1:5). “Orang fasik dan semua bangsa yang melupakan Tuhan akan dikirim ke Neraka” (Mazmur 9:8, 16, 17). Apakah Anda memiliki alasan lebih baik? Ada oposisi antara natur Allah dan orang yang tidak bertobat. “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?” II Korintus 6:14).
Anda harus kudus seperti Tuhan atau Tuhan menjadi najis seperti Anda – atau Anda tidak akan dapat hidup bersama dengan Dia di Sorga.  Tuhan tidak dapat menjadi najis, karena itu sangat bertentangan dengan nature-Nya. Kalau demikian berarti Anda yang harus menjadi kudus dalam pemandangan Dia, melalui imputasi kebenaran Kristus, yang Asnda terima pada saat bertobat. Karena alasan ini, hanya orang-orang yang telah bertobat yang dapat hidup bersama Tuhan di Sorga. Jika Anda mau berbalik kepada Kristus Anda akan diijinkan masuk ke Sorga. Tetapi jangan pernah mengharapkan Tuhan menjadi penuh dengan dosa seperti Anda.

4. Di sini ada alasan lain bahwa hanya orang yang telah bertobat yang dapat masuk ke Sorga. Allah menawarkan keselamatan kepada mereka sepanjang hidup mereka, namun mereka menolaknya. Allah membuat cara yang mudah bagi mereka untuk memperoleh keselamatan, namun mereka menolaknya. Mereka dapat memiliki Kristus dan pengampunan, dan kesucian dan kebahagiaan, jika mereka mau itu, tetapi mereka telah menolak semua itu. Allah memberikan pilihan hidup dan mati kepada mereka dan meminta mereka untuk memilih hidup bahwa mereka harus hidup (Ulangan 30:19). Namun mereka lebih memilih kematian. Tuhan memanggil para pengkhotbah-Nya untuk terus menyampaikan itu kepada mereka (II Timotius 4:2), dan “nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.” Ia bahkan menjelaskan kepada para pelayan Tuhan untuk “undanglah mereka untuk masuk” (Matius 22;9; Lukas 14:23). Namun mereka tetap tidak mau datang juga. Beberapa orang mencari alasan untuk memaapkan diri sendiri mengapa tidak mau bertobat. Yang lainnya tidak memperhatikan khotbah kami ini dengan serius. Yang lain lagi bahkan menentang dan menyerang khotbah seperti ini.
Berat bagi saya untuk mengatakan bahwa saya harus bersaksi melawan ribuan orang yang berada dalam kondisi seperti ini [tidak bertobat]. Wahai manusia berdosa, saya bersaksi kepada Anda hari ini, bahwa Tuhan dan para malaikan dan semua orang akan tahu bahwa jika Anda pasti masuk Neraka karena Anda tidak mau diselamatkan. Ini bukanlah karena Allah kejam kepada Anda, namun karena Anda kejam terhadap diri Anda sendiri. Ini akan terbukti benar di akhir hidup Anda.

5. Jika semua alasan bahwa Allah tidak mengijinkan orang yang belum bertobat masuk ke dalam kerajaan Sorga ini masih tidak memuaskan Anda, saya mau memberikan satu alasan lagi – ini hal yang imposibel. Ini adalah hal yang kontradiksi. Dosa adalah yang membuat sakit dan mematikan jiwa, dan pertobatan dan kesucian adalah yang menghidupkan jiwa. Hanya orang bodoh yang mau mencoba untuk membuat manusia yang mati menjadi hidup.  Ini adalah kontradiksi dan imposibeliti yang luar4 biasa jika manusia dapat diselamatkan tanpa harus bertobat. Kita harus diselamatkan dari apa, selain dari dosa dan Neraka? Dan tidak ada keselamatan dari Neraka tanpa diselamatkan dari dosa. “Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” (Matius 1:21).