Jumat, 30 Desember 2011

Doa ku di Akhir Tahun



Terimakasih Tuhan Yesus untuk semua berkat dan penyertaan-Mu,sehingga anakMu ini dapat melalui 1 tahun kehidupan yang penuh dengan warna-warni kehidupan yang indah,sampai kepada yang menyedihkan,semoga Engkau selalu mau menjaga dan melindungi aku dan semua orang yang aku cintai dan sayangi di mana saja mereka berada,semoga Engkau mau melimpahkan semua berkat dan anugerahMu di tahun kehidupan kami yang baru,,,,,,,berikan kesehatan dan kemaampuan untuk kedua orang tuaku dalam menjalankan tanggung jawab mereka sebagai orang tua bagi anak-anaknya. Terimakasih juga Bapa karena Engkau telah memberikan orang yang aku cintai dan aku sayangi yang akan menemani hari-hari hidupku nanti,aku mohon Bapa Engkau mau menjaganya dan melindunginya dalam semua aktifitasnya sebagai perawat dan Engkau mau memberikan kesabaran dan ketabahan untuk nya dalam menjalankan semua tanggung jawabnya. untuk kedua orang tuanya juga Tuhan Engkau mau menjaga dan memberikan kesehatan dan umur yang panjang bagi mereka. dan untuk semua saudara/i ku di mana saja mereka berada smoga Engkau selalu memberikan berkat yang menjadi kebutuhan mereka. Bapa mohon ampuni semua salah dan dosa yang telah kami perbuat terhadap Engkau di sepanjang perjalanan tahun yang lalu ini,dan Engkau  senantiasa menuntun kami di tahun yang baru. Demikian Doa dan Permohonan ku kepadaMu Bapa di dalam surga.

Roberto Koibur & Silvana Wambrauw
31 Desember 2011

Rabu, 21 Desember 2011

Doa Untuk Ibu

Doa untuk Ibu


FIKSI | 22 December 2011 | 00:00

“Ibu merupakan kata tersejuk yang dilantunkan oleh bibir – bibir manusia. Dan “Ibuku” merupakan sebutan terindah. Kata yang semerbak cinta dan impian, manis dan syahdu yang memancar dari kedalaman jiwa.” Kahlil Gibran
Namaku  Dewantara Alexandria. Orang-orang di sekitarku memanggilku dengan nama Tara. Aku sebenarnya lebih suka di panggil Alex ketimbang Tara. Alasannya karena Tara itu kesannya nama cewek. Aku 22 tahun dan saat ini aku menjadi seorang penulis lepas di beberapa majalah dan sekaligus aktivis sosial.
Aku kos di salah satu sudut pinggiran kota Jakarta. Bukan kos mewah. Hanya sebuah kamar ukuran 2×3 meter tanpa perabot sama sekali. Kata orang ada harga ada mutu. Aku sudah terbiasa tidur dengan keadaan berkeringat saking panasnya. Atau di tatap sinis sama ibu kos gara-gara telat bayar uang bulanan. Menahan lapar bahkan tidak makan berhari-hari adalah hal yang biasa bagiku. Yang penting bisa minum. Minum air sumur atau kran di toilet umum jika dalam keadaan terpaksa. Itulah penyebab kenapa aku jadi kurus. Kata teman-temanku kurus kering seperti ikang kering yang dijemur. Apa lagi kalau lagi dikejar deadline sementara ide di kepala lagi macet total seperti pemdandangan sehari-hari di kota Jakarta. Tapi aku menikmati semuanya itu. Wajahku pas-pasan. Hanya kata orang aku memiliki sorot mata yang tajam dan kulit sawo matang yang aku warisi dari ibuku.
Satu hal yang aku pelajari dari hidup ini adalah “hidup untuk memberi sebanyak-banyaknya bukan hanya untuk menerima sebanyak-banyaknya.” Itu alasan kenapa aku mau memutuskan untuk menjadi seorang aktivis sosial. Aku tidak terlahir dari keluarga yang mewah. Aku hanya dilahirkan dan dibesarkan dari keluarga yang sederhana dan penghasilan orang tuaku cukup hanya untuk makan sehari-hari. Aku memutuskan meninggalkan rumah ketika kedua orang tuaku tidak setuju dengan keinginanku untuk menjadi aktivis sosial.
“Kita ini bukan orang kaya, nak! Tapi kalau itu keinginannmu, lakukanlah.” ucap ibuku.
“Makan saja susah. Bagaimana mau menolong orang lain?” imbuh ayahku dengan tampang ketidak setujuannya.
“Tapi ini jalan yang Tara pilih, pa.”
“Tara, kamu itu pintar! Kamu bisa mendapatkan beasiswa untuk kuliah.”
“Tara bisa menuntut ilmu dimana saja, pa. Tanpa harus kuliah. Percayalah, Tara ngga akan menyusahkan papa dan mama,” aku mencoba memberikan penjelasan.
Ruang tamu malam itu mendadak hening. Di luar sana rembulan tampak malu-malu memancarkan pesonanya.
“Kamu tinggal pilih. Kamu tetap mau menjadi aktivis sosial atau kerja sambil kuliah?”
Aku kaget dengan ucapan ayahaku. Aku tahu aku bisa kuliah sambil kerja dan sekaligus menjadi seorang aktivis sosial tapi aku belum tertarik untuk kuliah. Kerja? Sarjana aja banyak yang menganggur apa lagi aku yang hanya lulusan SMA? Hatiku sudah bulat untuk menjadi aktivis sosial.
“Jawab?” bentak ayahku dengan nyaring dan penuh ketegasan.
“Tara tetap dengan keputusan Tara untuk menjadi aktivis sosial,” ucapku sambil melihat ibuku yang tertunduk menahan air matanya.
“Kalau begitu, kamu bisa tinggalkan rumah ini. Malam ini juga!”
Bagaikan petir di siang bolong menyambar hatiku mendengar ucapan ayahku. Aku tahu ayahku tidak akan mengubah keputusannya. Aku tahu jika beliau sudah mengatakan A maka yang terjadi harus A. Hanya Tuhan yang sanggup mengubah keputusan itu. Mungkin satu-satunya kesamaan yang aku punya dengan ayahku adalah kami sama-sama keras kepala. Sepertinya hanya itu yang aku warisi dari ayahku. Selebihnya dari ibuku apa lagi bentuk fisik seperti warna kulit dan rambut lurus.
Aku beranjak meninggalkan ruang tamu dan masuk ke kamar untuk mengemasi bajuku. Ibuku menyusul masuk ke kamar.
Dengan spontan aku memeluknya.
“Kamu mau tinggal dimana?”
“Ma, ngga usah kuatir, aku akan baik-baik saja. Aku hanya butuh doa mama. Hanya itu.”
“Besok, mama akan bilang apa kalau adik-adikmu mencari kamu?”
Aku melepaskan diri dari pelukan ibuku. Aku mengusap air matanya. Aku tidak ingin dia menangis meski aku sendiri berusaha sekuat tenaga untuk tidak menangis.
“Katakan saja aku pergi untuk memenuhi panggilan hidupku.”
“Kamu dan papamu sama-sama keras. Mama tidak bisa meluluhkan hati kalian berdua.”
Aku kembali memeluk ibuku. Setelah puas aku mengemasi pakaianku seadanya. Aku membuka lemari pakaian yang sudah tua dimakan rayap. Disana hanya tergantun seragam SMAku yang penuh coretan dan 2 kaos oblong serta satu celana jeans. Di sisi lainnya hanya ada pakaian sehari-hariku yang bisa dihitung jari. Aku memasukan semuanya itu ke dalam ranselku yang warnanya sudah luntur.
Ibu hanya duduk lesuh di ranjangku. Aku menghampirinya.
“Mama jangan sedih ya! Tara janji akan membuat mama bahagia. Mama akan tersenyum dengan pilihan hidup Tara. Sayapku sudah tumbuh, aku ingin terbang. Merebut kemenangan di mana pun adanya. Aku akan pergi untuk kembali, ma.  Janganlah menangis. Biar kucari jalanku sendiri.”
“Mama percaya dengan kamu Tara,” ucap ibu lalu menanggalkan satu-satunya perhiasan yang dia punya. Cincin yang selalu dikenakannya. Cincin yang aku sendiri tidak tahu sejak kapan dia memakainya.
“Mama hanya punya ini. Ambillah. Kamu bisa menjualnya untuk kebutuhanmu. Mama tidak punya uang. Hari ini untuk makan saja, mama harus pinjam sekaleng beras dengan tetangga. Pesan mama, bukan seberapa besar yang bisa kita beri kepada orang lain tapi seberapa besar hati kita pada waktu memberi dan melakukan sesuatu.”
Aku memeluk erat ibuku kembali. Pelukan yang sampai hari ini masih terasa. Pelukan seorang ibu yang penuh dengan kasih sayang. Pelukan seorang anak kepada ibunya. Ibu yang pernah berjuang mati-matian untuk melahirkan dan membesarkan anaknya.
Ibu yang selalu dan selalu berusaha membelikan aku dan adik-adikku kue kecil di setiap momentum penting. Ibu tidak pernah kekurangan akalnya, bagaimana di setiap ulang tahun kami ada kue kecil sebagai pengganti kue ulang tahun.  Ibu berusaha menghemat sekuat tenaga uang dapur yang ada. Ah… Ibuku memang kreatif. Apa lagi kalau merangkai kata-kata indah. Kata-kata yang menjadi cambuk bagiku untuk terus maju meski dalam keadaan terpuruk sekali pun.
Aku masih ingat ketika pulang sambil mennagis karena nilau ujianku merah. Ibu hanya berkata, “Tidak ada orang yang bodoh di dunia ini,yang ada hanya orang yang pintar dan belum pintar. Nilai bukan segalanya tapi  bagaimana kamu berusaha sebisa kamu. Setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda.Ada yang pintar dan ada yang belum pintar.Dan penddikan bertugas mengubah yang pintar menjadi lebih  pintarSerta yang belum pintar menjadi pintar.”
“Malam ini Tara akan nginap di rumah Marcel. Besok Tara akan cari kos.”
“Sudahlah. Kalau ada apa-apa jangan lupa kabarin mama. Burung pipit pun tahu kalau dia harus tetap bisa hidup sekalipun harus mematuki sisa padi di lumbung sang petani. Mau atau tidak mau ,hidup ini ada untuk dihidupkan. Oleh karena itu kamu hidup dengan bernafas, maka hidupkanlah nafasmu.”
Hati kecilku terasa perih. Aku tidak punya handphone lagi. Aku menjualnya dua hari yang lalu untuk biaya sekolah adikku. Handphone yang aku dapatkan sewaktu menang menulis cerpen di salah satu majalah remaja terkenal. Bagaimana aku bisa mengabarinya kalau ada apa-apa? Dan bagaimana dia akan menghubungiku kalau ada apa-apa di rumah?
Beliau diam. Menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan pelan namun penuh semangat dan kekuatan.
“Buktikan pada dunia termasuk papamu.  Kamu adalah sang pemimpi sejati. Ayunkan kakimu untuk mencoba meraih khayalanmu yang tertinggi. Kamu adalah pejuang hidupmu  yang suka resiko. Kamu harus tahu, hidup ini penuh resiko  dan tantangan. Ibu ingin melihat kamu merubah mimpi dan hayalmu menjadi realita yang menjadi karya abadi. Bukan imajinasi juga gambaranmu semata. Ibu percaya kamu bisa, Tara. Jika hatimu terasa gundah maka berbaringlah dalam kesunyianmu. Jika hatimu tak lekas cerah maka pejamkan matamu dan tidurlah. Bawa dirimu terbang dan melayang dalam indah dunia mimpi. Pejamkan dan bawa dirimu ke alam mimpi. Ketika kau telah sampai di alam mimpi, melayang dan bergembiralah di sana.Bermainlah  dengan peri-peri kecilmu. Jika kamu telah lelah bermain. Jika hatimu telah riang, buka mata dan bangkitlah dari mimpimu karena ada orang-orang yang menantimu untuk merasakan belai kasihmu. Jangan pernah sia-siakan dunia ini kosong tanpa sentuhan hangat darimu, Tara.”
Aku sangat suka sewaktu aku kecil ibu selalu memotivasiku dengan cerita dongengnya. Ketika aku beranjak dewasa, ibu selalu menguntai kalimat indah dari bibirnya sebagai pengganti dongeng sebelum tidur.
Selesai mengemasi semua pakaian, aku beranjak ke ruang tamu di temani ibu. Aku ingin pamit dengan papaku. Tapi belum sempat aku menghampirinya, beliau langsung beranjak pergi meninggalkan rumah. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku berusaha untuk tegar. Aku memasuki sebuah kamar di mana adik-adikku tidur dengan berdesak-desakan. Ada Sastra, Agnes dan si kecil Moses. Aku menatap wajah mereka satu persatu. Wajah polos yang tak berdosa.
“Aku selalu merindukan, mama,” ucapku lirih ketika mencium dahinya yang penuh kerutan untuk pamit.
“Kalau kamu merasa lelah dan tak berdaya dan saat segala usaha sepertinya sia-sia. Tuhan tahu, kamu sudah berusaha. Ketika kamu lelah menangis sekian lama dan hatimu masih terasa pedih. Tuhan telah menghitung air matamu. Jika kamu tahu bahwa kamu sedang menunggu sesuatu namun waktu serasa berlalu begitu saja. Tuhan juga sedang menunggu bersama denganmu, bersama berjalannya waktu. Ketika kamu merasa sepi dan sendiri sementara orang-orang terlalu sibuk dengan diri masing-masing. Tuhan selalu berada di sampingmu, menemanimu. Ketika kamu pikir bahwa kamu telah mencoba segalanya dan tidak tahu hendak berbuat apa lagi, bersabarlah. Tuhan pasti punya jawabannya. Saat hatimu terasa tertekan, akal dan pikiranmu tak dapat menerima segalanya. Tuhan akan menenangkanmu. Saat kau dapat melihat secercah harapan yakinlah, saat ituTuhan sedang berbisik kepadamu. Saat kamu ingin bersyukur,sebelum kata syukur itu terucap, Tuhan telah menerima syukurmu. Ketika sesuatu yang indah terjadi dan kamu tersenyum dengan apa yang terjadi. Tuhan sedang tersenyum padamu. Ketika kamu memiliki tujuan dan mimpi untuk dipenuhi. Tuhan sudah membuka matamu dan dengan memanggil namamu. Ketika kamu terlupa dan berpaling, Tuhan tetap mengingatmu. Ketika kamu sadar dan ingin kembali, Tuhan akan selalu menerimamu. Seperti itulah juga ibu kepadamu, Tara.”
Aku tidak pernah menyalahkan Tuhan kalau aku terlahir di keluarga yang pas-pasan. Aku justru bersyukur. Meski keluargaku tidak memiliki harta yang mewah tapi setiap hari kami masih bisa bersyukur dan tetap bersukacita. Untuk apa memiliki harta kalau itu ternyata didapatkan dari cara yang tidak benar?
Dari ibuku aku belajar tentang arti memberi dan berkorban.
“Yang membedakan antara memberi dengan berkorban adalah rasa sakit. Ketika kamu memberi dan itu terasa sakit maka itulah yang namanya pengorbanan. Orang yang memberi belum tentu berkorban tapi mereka yang berani berkorban adalah mereka yang memberi dengan cara yang terbaik.” Itulah jawabannya dulu, ketika ku menanyakan tentang perbedaan antara memberi dan berkorban.
Dengan langkah yang pasti aku melangkah meninggalkan rumahku. Dari jalan setapak, aku memalingkan wajahku. Di rumah tua itu aku melihat lambaian dan senyuman ibuku. Lambaian tangan dan senyuman yang tak akan pernah aku lupakan sampai hari ini.  Aku memantapkan langkahku dengan sebuah itikad di hatiku, “Sudah saatnya aku berani berdiri tegak pada kehidupanku dan bukan saatnya lagi aku merengek pada susah kehidupanku. Sudah saatnya aku pilih jalan berjuang  bukan bertahan. Itulah artinya HIDUP.”
Ibuku adalah penopang dikala aku rapuh, rujukan dikala semuanya suram. Hanya tangisku sebagai saksi atas rasa cintaku padanya.
Dalam setiap malam ada doa yang kupanjatkan pada Sang Maha Kuasa untuk ibu.
“Berilah ibu balasan yang sebaik-baiknya atas didikan dan kasih sayang yang ibu limpahkan untukku. Lindungi dan peliharalah ibu sebagaimana ibu melindungi dan memeliharaku. Ya Tuhan, setiap penderitaan yang telah ibu rasakan akan Engkau perhitungkan untuk memberkatinya. Dalam tangan-Mu yang agung. Aku menyerahkan ibuku ke pada-Mu yang telah menciptakanku dan Ibu dari debu tanah. Amin.”

Kamis, 15 Desember 2011

I Love You

Desember 15,2011 : with my honey Anna Wambrauw special moment's in beach saoka.
tidak ada kata yang lebih indah dari aqu untuk mengatakan aku mencintaimu,hanya sebuah doa Tuhan selalu memberkati cinta yang telah di berikan untuk kita berdua,tdak ada sesuatu yang special dari aku untuk kamu hanya kejujuran dan kepercayaan yang aku berikan untuk kamu,aku hanya mencintaimu, cuma ini yang bisa aku lakukan untuk kamu yaitu mencintaimu selamaya,dan menjadi pendamping hidup yang selalu ada di sampingmu,karena aku mencintaimu dengan ketulusan,semua yag aku lakukan hanya untuk kebahagiaanmu. Jika hari ini aku membuat engkau menangis aku kan selalu berdoa supaya Tuhan selalu membuat engkau tersenyum di sampingku. God bless you nd mee forever

"Betho Koibur Love Anna Wambrauw "

Kamis, 01 Desember 2011

Persahabatan







Persahabatan sering berakhir dengan cinta
Tetapi cinta kadang berakhir BUKAN dengan persahabatan

Kita harus sedikit menyerupai satu sama lain
untuk mengerti satu sama lain
Tetapi kita harus sedikit berbeda
Untuk mencintai satu sama lain

Cinta yang belum matang berkata:
"Aku cinta kamu karena aku butuh kamu"
Cinta yang sudah matang berkata:
"Aku butuh kamu karena aku cinta kamu"

Jika kita mencintai seseorang
Berusahalan untuk tampil apa adanya
karena Cinta sejati selalu dapat
Menerima Kelebihan dan Kekurangan

Bahagialah bagi orang yang mengerti akan arti cinta,
Karena Cinta itu akan memberikan warna bagi kehidupannya

Cinta yang teramat besar kadang dapat membuat kita
tak bisa mencintai lagi

Setetes kebencian di dalam hati
Pasti akan membuahkan penderitaan
Tapi setetes cinta di dalam relung hati
akan membuahkan kebahagiaan sejati

Kalahkan Kemarahan dengan Cinta Kasih
Kalahkan Kejahatan dengan Kebajikan
Kalahkan kekikiran dengan Kemurahan Hati
Kalahkan Kesombongan dengan Kejujuran

Nafsu hanya akan memberikan kebahagiaan sesaat
tapi cinta yang tulus dan sejati akan memberikan
kebahagiaan selamanya

Luruhnya hati bukanlah suatu dosa, Maka Jangan Pernah
Takut untuk Jatuh Cinta

Cinta Tak Harus Saling Memiliki
Kadang Kala Mereka Harus Melepaskan Cinta Tersebut
Karena Cinta yang Sejati Selalu Ingin Membahagiakan
Orang Yang dicintai

Cinta itu seperti art yg indah dan agung,
berbahagialah yg pernah mendapatkannya meskipun tidak abadi

Cinta tidak membuat dunia berputar
Cinta inilah yang membuat perjalanan tersebut berharga

Cinta tidak berupa tatapan satu sama lain,
tetapi memandang ke luar bersama ke arah yang sama.

Bel bukanlah bel sebelum engkau membunyikannya
Lagu bukanlah lagu sebelum engkau menyanyikannya
Cinta di dalam hatimu tidak diletakkan untuk tinggal di sana

Cinta bukanlah cinta sebelum engkau memberikannya
Nafsu adalah emosi
Cinta adalah pilihan
Cara untuk mencintai sesuatu adalah dengan menyadari
Bahwa sesuatu itu mungkin hilang

Cinta adalah kunci induk yang membuka Gerbang kebahagiaan
Kekasih yang bijaksana tidak menghargai hadiah dari kekasihnya
Sebesar cinta dari si pemberi

Jika anda ingin dicinta, mencintalah
dan jadilah orang yang pantas dicinta

Di antara mereka yang saya sukai atau kagumi,
saya tidak dapat menemukan suatu kesamaan
Tetapi di antara mereka yang saya kasihi,
saya dapat menemukannya: mereka semua membuat saya tertawa

Persahabatan sering berakhir dengan cinta
Tetapi cinta kadang berakhir BUKAN dengan persahabatan

Kita harus sedikit menyerupai satu sama lain
untuk mengerti satu sama lain
Tetapi kita harus sedikit berbeda
Untuk mencintai satu sama lain

Cinta yang belum matang berkata:
"Aku cinta kamu karena aku butuh kamu"
Cinta yang sudah matang berkata:
"Aku butuh kamu karena aku cinta kamu"

Cinta memasukkan kesenangan dalam kebersamaan
kesedihan dalam perpisahan harapan pada hari esok kegembiraan di dalam hati

Siapa pun yang mempunyai hati penuh cinta selalu mempunyai sesuatu untuk diberikan
Cinta sejati dimulai ketika tidak sesuatu pun diharapkan sebagai balasan

Segera sesudah kita belajar mencinta
Kita akan belajar untuk hidup

Cinta...
Jika anda memilikinya, anda tidak memerlukan sesuatu pun yang lain
Dan jika anda tidak memilikinya,apa pun yang lain yang anda miliki tidak banyak berarti

Cinta tidak dapat dipaksakan
Cinta tidak dapat dibujuk dan digoda
Cinta muncul dari Surga tanpa topeng dan tanpa dicari

Cobalah bernalar tentang cinta dan engkau pun
akan kehilangan nalarmu
terakhir kata pak patkai
"beginilah cinta, penderitaan tiada berakhir"
hehehheeh

by : Kabor Byak  (Betho Koibur )

Selasa, 29 November 2011

“SELAMATKAN GENERASAI PAPUA DENGAN CARA SALING MENGINGATKAN”


MEMPERINGATI HARI AIDS SE-DUNIA
01 DESEMBER 2011
“SELAMATKAN GENERASAI PAPUA DENGAN CARA SALING MENGINGATKAN”
Port Numbay,30 Desember 2011
Oleh : BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FISIP-UNCEN
Akhirnya saudara, hingga triwulan ketiga tahun 2011,setidaknya terdapat 10,522 kasus HIV/AIDS di Provinsi Papua. Jumlah terbanyak di temukan di kabupaten Mimika,yaitu sebanyak 2.180 kasus. Selanjutnya Merauke,Jayapura,Biak,Puncak Jaya,Paniai dan beberapa kota besar di pulau kasuari ini.  Selanjutnya data kematian pasien HIV/AIDS terbanyak itu dari Biak Numfor,Kab.Jayapura,dan kota –kota besar lain di Papua. Sungguh hebat ! Lebih bahaya saudara, diprediksikan dalam sehari masyarakat Papua terinfeksi virus mematikan yang belum di temukan obatnya itu. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Defciency Syndrome (AIDS). Adalah sekumpulan gejala infeksi yang timbul akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia.
Ini lebih dasyat saudara, ternyata dari 50 persen pasien yang terinfeksi adalah mereka yang berada pada usia produktif atau pada usia 20-29. Selain itu di temukan juga 52 kasus pada bayi di bawah satu tahun. Dengarlah ini saudara, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua (Josef Rinta),menyampaikan bahwa banyak kasus yang teridentifikasi karena masyarakat semakin sadar untuk memeriksakan diri. Selain itu, sosialisasi juga terus di galakan. Hanya saja, perilaku dan kebiasaan hidup kurang sehat dari sebagian masyarakat masih menjadi kendala,sehingga penyebaran virus mematikan ini terus terjadi.
Jelasnya begini, 10,522 kasus HIV/AIDS yang teridentifikasi adalah mereka yang sadar memeriksakan diri saja !! bagaimana dengan mereka yang terinfeksi dan tidak melakukan pemeriksaan sampai ajal menjemput. Pastilah lebih banyak jumlahnya bukan ? Ironis sekali,masalah yang juga mengambil bagian dalam akar permasah Papua ini. Bagaimaa tidak di katakana demikian ? Kasus HIV/AIDS urutan kedua di Indonesia,yaitu setelah DKI Jakarta adalah Papua. Perluasan penanggulangan HIV/AIDS oleh Komisi Penanggulangan HIV/AIDS Prov.Papua (KPA Prov.Papua) dinilai baru sebatas sosialisasi saja. Hal itupun hanya pada kalangan masyarakat yang terbatas.
Seruan BEM FISIP – UNCEN ini sederhana saja, berusaha membuka wacana berpikir masyarakat akademis Fisip- Uncen(Mahasiswa) bahwa demikianlah Papua. Berbagai persoalan mencuat seolah tidak terselesaikan. Terkubur dengan berbagai isu yang merugikan Mahasiswa sehingga tidak mengkritisi banyak hal yang menjadi Permasalah dunia tentang kesehatan spesifiknya HIV/AIDS di Papua. Yang bertepatan dengan hari yang di yakini masyarakat Papua sebagai hari kemerdekaan mereka (01 Desember) . dengan demikian maka seruan  BEM –FISIP UNCEN  ini mengingatkan masalah yang terkubur tanpa ada perhatian dari kehidupan kampus khususnya mahasiswa. Kenapa ? bahwa, perlu BEM – FISIP  sampaikan bahwa HIV/AIDS diindikasikan adalah GENOSIDA (Penghilangan Ras ). Bayangkan saja jika satu hari  satu anak Papua usia Produktif terinfeksi AIDS. Perlu  waspada? Tentu.
Maka dengan maksud itu hari ini BEM –FISIP menghimbau Bahwa HIV/AIDS adalah masalah bersama kiita. Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,Komisi Penanggulangan AIDS, saja sudah kebingungan mengatasi penyakit masyarakat, Pakai Narkoba,Miras, salah transfuse darah,teratas dan terpopular di Papua yaitu SEX BEBAS (Berzinah). Himbauan  BEM-FISIP ini tidak bertujuan menyindir, memprovokasi saudara ! tetapi lebih kepada mengingatkan kita semua bahwa mari bersama kita perhatikan hal ini dan sdemikan bias menghindarkan diri sertasaling mengingatkan. Ok saudara……
Kesingkronan antara Miras,memakai Narkoba, Sex Bebas dang anti-ganti pasangan,akhirnya terinfeksi HIV/AIDS. BEM- FISIP UNCEN harus katakana bahwa adalah kesiasiaan. Sehingga tema di atas adalah benar bahwa aksi ini hanya mau mengingatkan kita semua bahwa HIV/AIDS adalah Ancaman bagi generasi kita di PAPUA.
Thnk’s Gbu

Rabu, 23 November 2011

SITUASI HAM MASYARAKAT PRIBUMI PAPUA

SITUASI HAM MASYARAKAT PRIBUMI PAPUA


Sejarah integrasi Papua Barat ke Indonesia sejak dulu dianggap ‘bermasalah’. Karena disinyalir sarat dengan kepentingan negara kapitalis yang hanya berorientasi ekonomi dan politik. Hal itu ditandai dengan penandatanganan kerja sama penambangan emas, tembaga dan perak melalui pendirian PT Freeport 1967 antara Amerika Serikat (AS) dan Indonesia dua tahun sebelum penentuan status politik Papua melalui Pepera 1969.
Akibat pendirian PT Freeport itu, berhektare-hektare hutan habis dibabat, limbah industri tidak dikelola dengan semestinya, tanah warga dan hak ulayat digusur, intimidasi dan teror terus menghantui masyarakat Papua yang menuntut haknya, serta berbagai ketimpangan lainnya.
Tidak berhenti di situ, untuk menjaga kepentingan pemodal (kapitalis) pemerintah melakukan pendekatan militeristik dengan cara-cara kekerasan dan represif. Pendekatan militeristik itu semakin menipiskan kepercayaan masyarakat Papua terhadap pemerintah Indonesia. Bahkan, kekerasan militer ini menimbulkan dendam kesumat bagi mereka yang menjadi korban kekerasan. Sehingga sulit memutus mata rantai kekerasan yang berlangsung terus-menerus di Papua
Kondisi ini, diperparah dengan kesenjangan sosial antara masyarakat Papua dengan masyarakat pendatang. Interaksi sosial yang tampak wajar dari luar, sesungguhnya menyimpan kesenjangan. Di Papua beragam kultur dari berbagai wilayah di Indonesia bertemu dan berinteraksi, namun hal itu tidak dibarengi dengan penguatan kesadaran dan kepekaan sosial, sehingga menimbulkan masalah sosial tersendiri. Akses ekonomi, pendidikan, keterampilan, politik, dan berbagai bidang lainnya lebih didominasi warga pendatang yang membangkitkan kecemburuan sosial.
Terms ’Indonesia’ sebagai pembuat dosa bisa masuk akal, karena Indonesialah yang menyelenggarakan pemerintahan dan kebijakan di Papua.
Status Masyarakat Papua Pirbumi pada tingkat Nasional
Tanggal 9 Agustus sejak tahun 1994 telah diperingati sebagai hari bangsa pribumi oleh lebih dari 370 juta masyarakat pribumi yang hidup di 70 negara diseluruh dunia. Peringatan ini menjadi bagian dari upaya badan dunia untuk mempromosikan perlindungan hak-hak azasi manusia terhadap masyarakat pribumi.
Di Indonesia, yang memiliki komunitas masyarakat pribumi dihampir setiap wilayahnya, ternyata tidak terlalu antusias dalam merayakan hari bangsa-bangsa pribumi ini. Terutama di Papua yang saat ini tengah menjalankan Otonomi Khusus, yang memberikan banyak peluang untuk keterlibatan masyarakat pribumi (orang asli) Papua dalam menentukan kebijakan pembangunan di Papua, tidak terlihat sama sekali pengakuan terhadap keberadaan orang asli Papua melalui sebuah kegiatan perayaan terhadap hari bangsa-bangsa pribumi ini. Bahkan, kantor perwakilan ILO yang ada di Papua yang melahirkan konvensi-konvensi tentang masyarakat adat dan bangsa pribumipun tidak membuat sebuah kegiatan untuk memperingati hari bangsa pribumi tersebut. Hal ini mungkin saja, karena Indonesia sendiri belum meratifikasi Konvensi ILO 107 tentang Bangsa Pribumi dan Masyarakat Adat (Indigenous and Tribal Populations Convention), 1957 atau Konvensi ILO 169 tentang Bangsa Pribumi dan Masyarakat Adat (Indigenousand Tribal Peoples Convention), 1989.
Terlepas dari sudah atau belumnya kedua konvensi tersebut diratifikasi, menurut Sekretaris Dewan Adat Papua, Leo Imbiri, peringatan hari pribumi ini tidak terlihat ramai diperingati karena kurangnya sosialisasi tentang hak dan kewajiban bangsa pribumi.
Konvensi ini menganggap hak-hak mereka tetap diakui di dalam kehidupan masyarakat luas di negara mereka tinggal. Bangsa pribumi dan Masyarakat Adat dapat membentuk institusinya sendiri dan menentukan tahapan pembangunan yang mereka inginkan. Konvensi ini juga menghimbau para pemerintah untuk melakukan konsultasi dengan masyarakat adat dalam mengambil kebijakan dan melakukan tindakan berdampak langsung kepada masyarakat adat. Yang paling penting adalah memberikan kepada masyarakat adat hak untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan, kebijakan atau program yang terkait dengan mereka. Pengakuan terhadap bangsa pribumi dan masyarakat adat ini semakin dipertegas dalam sidang resolusi PBB tanggal 23 Desember tahun 1994 yang menetapkan tanggal 9 Agustus sebagai hari internasional untuk bangsa Pribumi.
Meskipun Indonesia belum meratifikasi konvensi-konvensi ILO yang berkaitan dengan masyarakat adat dan pribumi, namun substansi yang ada dalam UU No.21 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi provinsi Papua membuka peluang besar orang asli Papua dan Masyarakat Adat untuk terlibat secara aktif dalam proses-proses pembangunan di Tanah Papua.
Undang-undang ini memberikan dasar hukum yang kuat bukan saja agar memprioritaskan orang asli Papua sebagai subjek sekaligus objek pembangunan, tapi juga kepada pemerintah daerah agar secara aktif mendorong keterlibatan masyarakat adat dalam proses-proses pembangunan. Hanya saja, luas dan jenis hak-hak masyarakat asli yang lebih terperinci tampaknya harus dipersiapkan dan dituangkan dalam peraturan-peraturan yang melengkapi. Apa dan siapa orang asli Papua serta Masyarakat Adat Papua harus diperjelas dalam sebuah peraturan daerah khusus sehingga subjek dan objek peraturan-peraturan daerah berikutnya menjadi jelas.
Untuk kepentingan itu, ada baiknya jika uraian tentang apa dan siapa orang asli (pribumi) Papua dan hak-hak masyarakat adat seperti yang tercantum dalam instrument internasional ini bisa menjadi acuan substantif. Dengan begitu, perlindungan hak-hak masyarakat asli tidak sekadar menjadi nilai dasar yang mati, melainkan benar-benar akan menjadi jaminan normatif bagi perlindungan masyarakat adat dan hak-hak mereka
Isu HAM Pada Masyarakat Pribumi
Pengibaran bendara Bintang Kejora masih terus menjadi terjadi di tanah Papua. Bendera ini masih menjadi
 simbol bagi pengakuan dan perlakuan yang lebih baik bagi rakyat Papua. Pengibaran bendera yang  dimaknai s
eparatisme oleh aparat TNI/Polri, sesungguhnya merupakan  ekspresi dari ke frustasian dari jauhnya 
harapan menjalani hidup yang lebih baik di tanah sendiri. Pemerintahan yang korup, sumber  daya alam 
berlimpah hanya jadi perahan "orang asing", sementara mereka hanya menjadi penonton dan `penikmat'
 dari kehancuran alam yang terjadi. Belum lagi tindakan aparat TNI/Polri yang mengamankan investasi itu 
telah berlaku selayaknya pengamanan swasta dibanding aparat negara.
Sepanjang tahun 2008 telah terjadi 4 peristiwa pengibaran bendera Bintang Kejora di Papua, yaitu di Sentani, 
Wamena, Manokwari dan Fak-fak. Pada 16 Oktober pengibaran bendera Bintang Kejora di Yogyakarta, 
Kamis (16/10), adalah bentuk dukungan pada kemerdekaan Papua. Simbol tersebut dikibarkan bersamaan 
dengan digelarnya acara International Parliementer for West Papua di London, Inggris. Pada 19 Juli 2008 l
alu, terjadi  pengibaran bendera Bintang Kejora di Fak-fak, Papua. Aparat kepolisian hanya menjamin para 
tersangka untuk mendapatkan bantuan hukum, tidak mendapatkan tindakan penyiksaan serta perlakuan
 yang merendahkan martabat manusia dalam proses pemeriksaan.
Masih bergolaknya berbagai peristiwa politik di Papua tak lepas dari belum terselesaikannya permasalahan 
secara komprensif. UU No. 21 tahun 2001. Yang sedianya menjadi sandaran hukum untuk mengatasi 
persoalan ekonomi, sosial, hukum dan politik di Papua masih belum cukup. Mandat menyelesaikan 
permasalahan HAM di Papua belum dapat diatasi karena hingga saat ini pengadilan HAM dan KKR 
di Papua belum terbentuk. 
Berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat terus mendorong dikedepankannya dialog antara pemerintah, 
masyarakat Papua dan OPM untuk mencari solusi terbaik bagi penyelesaian berbagai permasalahan 
di Tanah Papua. Pengalaman penyelesaian konflik di Aceh melalui Perjanjian Damai hendaknya menjadi 
semangat untuk mencari jalan keluar terbaik untuk keadilan bagi masyarakat Papua. Tanpa pendekatan itu, 
upaya internasionalisasi atas Papau rasanya sulit diredam.
Upaya Pemerintah Dalam Penegakan HAM di Papua
Dalam rangka penanganan permasalahan hak asasi manusia secara lebih terintegrasi dan komprehensif di Papua, pada tahun 2006 melalui kegiatan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia, Keppres Nomor 40 tahun 2004, maka pemerintah menyelaraskan pembangunan HAM yang lebih selaras dan implementasinya lebih optimal. Dalam rangka perlindungan dan penegakan HAM maka pemerintah Indonesia mengupayakan penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM yang masih tertinggal di Papua baik dari segi Hukum maupun kebijakan.
Dalam rangka penghormatan hak asasi manusia upaya-upaya telah banyak dilakukan baik berupa pembenahan peraturan perundang-undangan maupun dalam rangka penegakan hukumnya. Sejak tahun 2005 telah dilakukan upaya untuk mempermudah pemberian perlindungan HAM terhadap masyarakat yaitu dilakukan dengan membentuk perwakilan Komisi Nasional HAM di tiga daerah, termasuk salah satunya di Papua.
Program lainnya yaitu pemerintah melalui pemerintah propinsi papua meluncurkan Program Respek (Rencana Strategis Pembangunan Kampung), yang perlahan tapi pasti program ini telah menjadi popular di kalangan masyarakat kelas menengah ke bawah. Respek seakan menjadi “Dewa Penolong” ditengah-tengah kesulitan yang dihadapi orang Papua. Program ini merupakan program yang layak guna memandirikan masyarakat di kampung dalam perspektif pembangunan.
DAFTAR REFERENSI
Allard K, 2003, Indonesian Human Rights Abuses in West Papua: Application of the Law of Genocide to the History of Indonesian Control’, Lowenstein International Human Rights Clinic, Yale Law School.
Dominggus A. Mampioper, 2008, UU Otsus Bukan Sekadar Besarnya Dana, Tabloid Jubi, Jayapura
J. Budi Hernawan, 2005, Kasus Theys : pelanggaran HAM?? Sekretariat Keadilan dan Perdamaian Keuskupan Jayapura, www.hampapua.org
John J. Boekoisiom, 2008, Tiga Tahun MRP dan Tujuh Tahun Otsus Papua, http://www.tabloidjubi.com
Komnas Perempuan, 2008, Urgensi Meningkatkan Peran Nasional untuk Penegakan HAM Perempuan Papua: Sebuah Langkah Awal, Sambutan dalam diskusi publik tentang Papua, 26 November 2008
Kontras, 2008, Evalusi Penegakan HAM, Catatan Peringatan 60 Tahun Deklarasi Universal HAM, 
 http://www.kontras.org
Sapto Pradityo, 2004, Selama Pemerintahan Megawati, Penegakan HAM Mandek, http://www.tempointeractive.com
Theo van den Broek, 2004, Pola Pelanggaran HAM di PAPUA, makalah, disajikan dalam workshop “Genoside di Papua” yang diselenggarakan oleh ElsHam Papua pada tanggal 13 Maret 2004, Jayapura
Victor Mambor, 2008, Hak-Hak Dasar Masyarakat Adat Papua ; “Nilai Dasar Yang Mati dalam Sebuah Undang-Undang” http://victormambor.wordpress.com

Jumat, 18 November 2011

Papua 8X lebih Kaya dari Indonesia


Quote: KAMI tidur di atas emas, berenang di atas minyak, tapi bukan kami punya. Kami hanya menjual buah-buah pinang.

 Sepenggal lirik lagu penyanyi Edo Kondolangit, bisa menggambarkan rintihan hati rakyat Papua. Walau mereka hidup di bagian bumi yang kaya tiada tara, tapi terpuruk dalam nestapa kemiskinan dan keterbelakangan.

 Berpuluh tahun mereka hanya menonton warisan kekayaan dari Tuhan itu dikeruk, diangkut dan dijual untuk memperkaya jutaan manusia di ujung benua Amerika serta segelintir elit di Indonesia, yang berfungsi sebagai centeng alias anjing penjaga tambang bernama Freeport.

 Ekspedisi tiga orang Eropa tahun 1936, pimpinan DR Anton H Colijn bersama Jean-Jacques dan Frits J Wissel ke Gunung Gletser, Jayawijaya dan kemudian menemukan Ertsberg, seolah menjadi pembuka kotak pandora gunung emas di tanah Papua.

 Sedangkan ekspedisi Freeport yang dikomandoi Forbes Wilson dan Del Flint, untuk menjelajahi Ertsberg tahun 1960, semakin menguatkan hasrat membangun proyek tambang di tanah yang diyakini orang Papua, sebagai tempat bersemayam moyang mereka.

 Ertsberg, begitulah orang Belanda menyebut gunung ore (bijih). Bagi orang Papua, Ertsberg merupakan tanah warisan yang harus dijaga dan dipertahankan, agar terhindar dari malapetaka.

 Namun nasib berkata lain. Sejak tahun 1967, perusahaan tambang PT Freeport Indonesia sebagai afiliasi Freeport-McMoRan Copper and Gold yang berpusat di Phoenix, Arizona, Amerika Serikat, menguasai Ertsberg dalam radius 10 kilometer persegi melalui kontrak karya eksklusif kontraktor tambang selama 30 tahun dan kemudian diperpanjang hingga 2041.

 “Inilah awal malapetaka bagi orang Papua, membiarkan warisan kekayaan mereka disedot, sementara mereka hanya menonton dan pakai koteka,” ujar sumber matanews.com, Kamis (03/11).

 Tahun 1970, operasi tambang berskala penuh pun dimulai dan kemudian pengapalan ekspor pertama kosentrat tembaga berlangsung 1972. Diperkirakan, sejak beroperasi hingga 2010 Freeport sudah menyedot 7,3 juta ton tembaga dan sekitar 725 juta ton emas, tanpa kontrol yang jelas dari rejim Orde Baru pimpinan Soeharto, rejim Habibie, Gus Dur, Megawati hingga Susilo Bambang Yudhoyono.

 Sebaliknya, pihak Freeport dinilai tidak terbuka dan tidak jujur dalam pelaporan besaran dan jenis tambang yang dieksploitasi dari Ertsberg. Bahkan audit lingkungan dan sosial yang dilakukan terhadap tambang Freeport, dianggap hanya sebagai bentuk legitimasi atau pembenaran terhadap eksploitasi kekayaan tambang tanpa batas.

 Tidak mengherankan, kalau ada pihak yang memperkirakan kandungan emas, tembaga serta uranium yang dikeruk dari Ertsberg dan Grasberg yang ditemukan pada tahun 1988, bisa mencapai nominal 8000 triliun rupiah setiap tahunnya dalam konversi rupiah.

 “Bandingkan saja misalnya dengan jumlah APBN Indonesia setiap tahun, hanya sekitar 1200 triliun rupiah. Sementara royalti Freeport, secara resmi hanya sekitar 1 persen per tahun,” tutur sumber matanews.com, Kamis (03/11).

 Lalu setega itukah Freeport untuk membagi hasil kekayaan yang dikeruk hingga ke perut bumi Cendrawasih dan membiarkan rakyat Papua mengais sampah sisa makanan yang dibuang dari camp Hidden Valley, lokasi tambang di ketinggian 4000 meter dari permukaan laut itu?.

 Sejak jaman Soeharto, secara kasat mata Freeport memang jadi bancakan bagi kaum penguasa republik dan aparat keamanan. Diduga banyak uang ilegal yang dibagi-bagi alias mengalir ke kantong-kantong pribadi dan kelompok.

 Pihak Freeport pun sangat menyadari praktek distribusi uang centeng, dengan tujuan kelangsungan dan kelanggengan pengerukan emas, tembaga hingga uranium dari tanah Papua. Pengakuan pihak Freeport telah memberikan uang pengamanan sebesar 14 juta USD setiap tahun kepada pihak kepolisian, hanyalah salah satu alokasi dana yang tidak masuk resmi ke kas negara. Diyakini, uang centeng dari Freeport, juga mengalir ke pihak tentara, Pemda hingga elit penguasa lokal dan pusat.

 Kisruh Freeport yang kini masih berlangsung, memang telah mengganggu kenyamanan kelompok centeng yang menari di atas penderitaan bahkan nyawa rakyat Papua, maupun buruh tambang yang gigih memperjuangkan haknya.

 Bahkan upaya Presiden SBY membentuk Unit Percepatan Pembangunan di Papua dan Papua Barat (UP4B) yang dikepalai Bambang Darmono, ditengarai hanya akal-akalan untuk menetralisir memburuknya situasi di bumi Cendrawasih, sekaligus alat mengatur penampungan aliran uang centeng dari Freeport yang terus mengalir, entah sampai kapan.*(d/che/ptficom/dbs)

Rabu, 16 November 2011

MANOKWARI KOTA ADMINISTRATIF (PEMERINTAH) TERSULUNG DI TANAH PAPUA


Kebupaten Manokwari adalah Kabupaten tersulng di Tanah Papua yang amat penting dalam sejarah peradaban dan perubahan budaya orang Papua. Oleh karena Kota Manokwari sebagai pusat penyebaran agama Kristen dan pusat Pemerintahan pertama di Tanah Papua. Kota Manokwari menjadi start Gereja (Zending) dengan Pemerintahan Belanda memulai pembangunan semesta (modern) bagi suku bangsa yang mendiami Tanah Papua. Kemungkinan atas dasar tersebut, orang Biak Numfor mengabadikan/mengungkapkannya dalam etimologi, dari tiga morfem dasar Mnu, Kampung- dan kwar, lama + “dia” itu) Kemudian disebut dengan nama Manokwari yang diartikan dengan ungkapan “Kampung yang didahulukan, tertua, terlama, dimana dimulainya sebuah peradaban dan budaya asing dalam konteks terang penyebaran Kekristenan tentang Injil Kristus. Sejarah dengan mencatat sejak Tokoh Legendaris berkebangsaan Jerman yang pertamakali bergabung dalam missi Pekabaran Injil Zending (Goissner) Jerman (Heldering Nederland) di Tanah Papua melalui utusan Missionaris Ottow dan Gaissler yang mulai menginjakkan kaki di Pulau Mansinam tanggal 5 Februari 1855 dengan doa Sulung mereka, “Dengan Nama Allah kami menginjak Tanah ini”. Menandakan bahwa pembangunan yang modern di Tanah Papua sudah dimulai sejak Injil Kristus atau penyebaran Agama Kristen mulai masuk dan menerangi kegelapan dan kekafiran orang Papua Tempo itu di Pulau Mansinam Manokwari. Oleh sebab itu, siapapun tidak dapat menyangkal bahwa hasil karya besar yang diperjuangakan dengan susahpayah oleh para Pekabar Injil dulu ituah yang setiap suku bangsa dari manapun yang mendiami bumi Telik Cenderawasih Tanah Papua boleh menikmati dan alami saat ini di era demokrasi-otonomisasi ini dalam berbagai bidang sektor pembangunan di Tanah Papua.
Dokumen sejarah Pekabaran Injil juga dapat mencatat bahwa atas jasa, kerja keras dan perjuangan gigih yang panjang yang dilakukan oleh zending (Gereja) terus menerus dan mendesak pemerintah Belanda untuk segera menetapkan dan melaksanakan pemerintahan secara definitive d Tanah Papua untuk menghentikan perlakuan yang betahun-tahun dilakukan oleh Kesultanan Tidore dan Pemerintah VOC dalam bentuk pembunuhan-perampasan harata benda-penjualan-pembelian budak pembakaran kampong-kampung penduduk orang Papua dan sesama etnis Papua saat itu. Oleh sebab itulah kota Manokeari pada tanggal 9 November 1896, Pemerintah Belanda secara definitive atau resmi memulai sistim Pemerintahan di Tanah Papua. Dengan demikian secara resmi di Kota Manokwarilah pihak Pemerintah Belanda ertama kali memulai system pemerintahannya untuk membangun orang Papua menuju kehidupan modern.